Part 4

173 23 0
                                        

11 tahun yang lalu

Seungwan masih sangat kecil ia harus berpindah-pinda tempat tinggal karena pekerjaan ayahnya yang tidak menetap.

Seungwan yang masih sangat kecil tidak mengerti apa – apa tentang kepindahan rumah mereka ke Busan meski masih tetap di Korea namun dialek yang mereka gunakan berbeda tidak sama seperti di Seoul. Ia pindah dari Seoul ke Busan saat usia 5 tahun.

Seungwan yang berumur 7 tahun sudah harus masuk ke sekolah dasar di Busan, meski ia bersekolah di taman kanak-kanak di Busan ia hanyalah seorang anak kecil yang tidak terbiasa dengan dialek yang di gunakan di Busan alhasil ia mengunakan dialek Seoul.

Hari itu adalah hari yang cerah di Busan Seungwan yang merasa sudah lulus dari taman kanak-kanak mencoba untuk berjalan-jalan bersama dengan Hoshi sahabatnya yang bisa berdialek Seoul.

Sepanjang jalan mereka berpegangan tangan layaknya seorang anak kecil pada umumnya. Seungwan yang lelah meminta hoshi untuk istrirahat sebentar.

Mereka duduk di taman tepatnya di ayunan gantung. Entah dari mana seorang ajuma tiba-tiba mendekati Seungwan dan memarahi Seungwan dengan dialek Busan. Seungwan yang merasa tidak mengerti maksudnya hanya diam, setelah itu ada dua ajushi mengunakan seragam rumah sakit dan menangkap ajuma dengan paksa. Ajuma terus saja meronta-ronta yang ternyata ia adalah pasien rumah sakit jiwa yang kabur.

Seungwan menangis setelah dimarahi, semetara Hoshi menerjemahkan apa yang barusan dikatakan oleh Ajuma itu bukan pada Seungwan namun pada dirinya. Semenjak saat itu Seungwan menjadi takut keluar rumah.

"Eomma! Aku tidak mau sekolah, aku takut bertemu dengan orang jahat, aku tidak mengerti, Eomma jaebal aku tak mau berangkat sekolah tidak mau," rengek Seungwan pada ibunya.

Seungwan yang sudah berpakaian lengkap dan rapi hanya tinggal berangkat sekolah tetap bersikukuh tidak mau pergi.

"Maka dari itu ibu menyekolahkan mu agar kamu bisa mengerti dan paham dengan dialek busan, kau juga harus tau bahwa kita itu tidak hanya memiliki satu dialek namun banyak sekali dialek yang lain, maka dari itu kau harus berangkat sekolah!" tegas Jeongwa pada anak sulungnya itu.

Mau tidak mau Seungwan harus pergi ke sekolah. Jarak sekolah dengan rumahnya tidaklah jauh beberapa menit juga sudah sampai jika hanya berjalan kaki.

Sekolah yang di dominasi berwarna coklat itu sangat unik karna terdapat banyak sekali penghargaan dan juga seni art yang di sukai Seungwan, maka dari itu mengapa ibu Seungwan memasukannya ke sekolah agar Seungwan betah dan nyaman bersekolah disana. Namun, kenyataan nya semua itu tidak berpengaruh pada anaknya.

Gerbang sekolah

"Eomma, jangan tinggalkan aku, ikut dengan ku ke dalam kelas!" pinta Seungwan pada Jeongwa.

"Kau itu harus bisa mandiri, ingat seseorang yang mandiri akan menjadi kuat!" Tegas Jeongwa pada Seungwan.

"Tapi eomma..." Lirih Seungwan menatap ibunya sendih.

Seorang Seongsaengnim tengah memperhatikan ibu dan anak yang sedari tadi terus bersdebat. Ia ia pun menghampiri mereka.

"Ayo! Kita masuk kelas pertama mu, semua anak disini tidak akan mengigitmu kalau pun mereka menerkam mu itu adalah tanggung jawab ku." Ucap Seul Seonsaengnim selaku wali kelasnya Seungwan.

"Karna hari ini adalah hari kalian bersekolah, kalian pasti juga belum saling mengenal satu sama lain maka dari itu ibu akan memanggil nama kalian dan kalian yang namanya di panggil harap untuk maju kedepan."

SEUNGWAN is MINETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang