Setelah urusan memberi donasi untuk pembangunan di SMA ini, Zaki keluar dari ruangan kepala sekolah dan memilih untuk jalan-jalan sejenak, sekedar melepas rindu di tempat pendidikan yang dulu ia juga menjalaninya di sini. Ya benar, dulu Zaki adalah alumni di SMA ini, itu sudah 7 tahun yang lalu, dan kepala sekolah nya saja sudah berganti.
Lama berkeliling, Zaki sedikit bangga karena sekolahnya banyak berubah menjadi lebih baik. Terlintas di pikiran Zaki untuk mengunjungi tempat yang biasa ia, Zahir dan Raka suka menghabiskan waktu untuk membolos. Satu satunya tempat yg mereka jadikan sebagai markas pribadi nya adalah atap sekolah, Zaki jadi penasaran apakah setelah mereka ada yang menempati markas tersebut, kalau pun ada hati Zaki terasa tergelitik, ternyata sifat nakal itu memang ada di setiap angkatan, tidak apa, hitung-hitung ada orang yang melestarikan kawasan di atas.
Dengan langkah yang cepat, Zaki pun segera pergi menuju atap sekolah. Baru saja tangannya ingin membuka pintu menuju ke atap sekolah, Zaki mendengar beberapa gadis yang sedang berbincang, karena penasaran Zaki memilih diam di balik pintu, ia kemudian mendengar kan beberapa gadis di atas tadi berbicara.
"Kamu ini sebenarnya kenapa sih la, cerita dong."
Zaki mengerutkannya dengan bingung, suara yang ia dengar sangat familiar di telinganya. Seketika ia lalu mengangguk dengan paham, suara yang baru aja ia dengar adalah si bendahara OSIS.
"Laila ingat gak dengan janji kita dulu, kalau satu orang punya masalah maka harus berbagi dong." Suara gadis yang berbicara kedua ini Zaki sangat mengenalnya. Siapa lagi kalau bukan Syifa!
Sejenak ada rasa senang di hati nya ketika mendengar suara Syifa mengalun indah di telinga nya.
"Aku nyesel udah ngomong kasar sama dia, aku takut kalau dia marah." Ucap Laila dengan terisak.
"Siapa yang marah? Kasih tau dulu Laila." Ucap Syifa dengan gemas, karena Laila ini sangat mengulur-ulur waktu.
"E-enggak! Disini Laila yang salah!" Ucapnya sambil terus mengelap ingus.
"Kamu ini ya, bilangin orang nya. kalau perlu aku tendang sampai mati." Ucap Syifa dengan garang, namun yang ada Rasya dan Laila malah gemas dengan tingkah Syifa.
"Hmm gak." ucap Laila lalu kembali mengusap ingusnya.
"Awas aja ya, kalau aku dapat orang nya, bakal aku injak-injak sampai babak belur." ucap Syifa sambil melipat kedua tangannya di depan dada.
"Emangnya kamu rela nginjak Abang kamu sendiri." Ucap Laila.
"Loh! Jadi zahdan ya?" Ucap Rasya dengan wajah yang sumringan.
"Eh keceplosan deh."
"Kirain apaan, rupanya cuma karena Zahdan toh." Ucap Syifa dengan malas lalu duduk di samping Rasya.
"Ih! Kali ini masalahnya serius!" Ucap Laila dengan kesal karena reaksi yang di berikan oleh Syifa.
"Emangnya dia ngapain kamu, narik jilbab, dorong kamu, atau jailin kamu?" Ucap Syifa sambil menaik-turunkan alisnya dengan jahil.
"Kayak nya aku agak kasar sama dia hari ini. Pokok nya aku gak enak aja, dan juga kasian sama dia." Ucap Laila lalu menunduk dalam sambil menatap kedua tangannya.
Zaki menggelengkan kepalanya, ada-ada saja pembahasan gadis-gadis tadi, ternyata topik yang mereka bahas tidak jauh dari cinta, merasa waktu makin menipis, Zaki lalu memilih pergi dan meninggal kan atap sekolah, ada banyak pekerjaan yang harus ia lakukan.
* * *
Sepulang dari sekolah, sesuai rencana nya yang sudah dirancang. Syifa, Laila, dan Rasya sudah berada di taman hiburan, hari ini mereka akan menghabis kan waktu bertiga saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
SYIFA (Lagi Revisi Nih!)
Romance⚠ Cerita mengandung adegan kekerasan. Syifa alfurqan POV Kata umi, dia menikah dengan abi sewaktu umur 22 tahun, umi bilang awal masa pernikahannya tidaklah baik, tapi umi ku adalah wanita yg tegar, ia selalu menerima segala perlakuan Abi, hingga a...