37 - tangisan rindu

15K 737 33
                                    

Tak terasa, hari berganti hari, kini bulan telah berganti, dan kehidupan rumah tangga Syifa masih sama saja dengan 1 bulan yang lalu. Tentu saja tak lepas dari yang namanya teriakan kesakitan dan air mata pilu.

Namun, dengan bodohnya Syifa masih sangat mencintai suaminya yang kejam dan tak memiliki perasaan. Ia selalu menerima perlakuan dari zaki dengan senyuman.

Kadang ketika Zaki selesai menyiksanya, Syifa akan diam diam pada malam hari datang kekamar Zaki lalu mencium keningnya dengan lembut. Kadang ia juga tak mengerti, mengapa ia tak mundur saja dari Zaki.

Dua bulan pernikahan mereka telah dipenuhi dengan tangisan, penderitaan yang dialami oleh Syifa. Ntah kapan kebenaran yang sesungguhnya akan terungkap.

Ceklek.

Seperti biasa, Syifa akan segera pergi menuju kekamarnya Zaki lalu dengan mengendap endap ia berjalan kearah suaminya yang tengah terlelap itu.

Ia sungguh sangat mencintai pria ini, pria yang membuatnya hancur dan tak bersisa, namun dengan bodohnya ia masih tak mau berpisah dengan nya.

Syifa dengan pelan mulai mensejajarkan posisinya dengan Zaki, lalu ia dengan perlahan mulai mendekatkan bibirnya ke arah kening Zaki.

Cup....

Sebuah kecupan lembut mendarat di kening Zaki, dan tak beberapa kemudian, jatuhlah setetes air mata yang mengenai pipi Zaki. Dengan cepat Syifa menghapusnya.

" K...kakak " gumam Syifa dengan suara paraunya.

" B...bisakah kakak berbicara kepadaku, hiks... Sebenarnya apa salahku kak... A...aku sudah tak sanggup lagi kak... A...aku sudah tak kuat lagi kak... Hiks... Tubuh ini sudah dipenuhi...oleh luka kak... Berapa banyak lagi luka yang akan kakak berikan... Jelaskan kak... Apa salahku " tangis dalam diam Syifa pun meraung tertahan dalam sunyi nya malam.

" K...kakak... Haruskah aku beri tahu kepada kakak... Hiks... Tapi aku takut kak... Aku takut memberitahu nya kak... Aku takut kak " gumam tangis milik Syifa pun ia tahan dengan segala tenaga yang ada.

Ia lalu terduduk bersila dan sesekali mengusap kedua matanya dan menutup mulutnya dengan keras, agar Isak tangis nya tak membangunkan Zaki.

Lama ia berdiam diri didalam kamar Zaki, akhirnya Syifa pun berdiri dan pergi menuju keluar dari kamarnya.

Aku pun tak mengerti Syifa... Aku mencintaimu syifa, namun setiap kali aku hendak berbuat yang sedemikian, pasti saja selalu ada penghalang... Ntah itu dendam ku, atau apakah paman sengaja mencuci otakku... Aku pun bingung Syifa.

Zaki hanya bisa berkata didalam hatinya, lalu ia hanya menatap punggung Syifa yang mulai menghilang dibalik pintu.

🐝🐝🐝

" Bos " panggil seseorang kearah sang lelaki tua yang tengah duduk di kursi kebanggaannya.

Lalu dengan angkuh, lelaki tua itu membalikkan tubuhnya dan menatap tajam kearah sang anak buah.

" Kuberi waktu 2 menit untuk menjelaskan." Ucapnya dengan nada dingin dan kejam.

Anak buahnya itu hanya bisa gelalapan dan mulai membuka suara dengan cepat.

" Sepertinya anda harus selalu melihat perubahan dari tuan muda, ia sepertinya sudah jatuh didalam cinta sang istri, apa yang harus kami lakukan. Kami takut nanti ia akan lupa dengan semua rencana yang telah bos susun. " Ucap anak buah itu tanpa memberi nafas untuknya sedikit pun.

Lelaki tua itu hanya bisa bisa tersenyum miring, ia lalu menyuruh anak buah itu untuk keluar dari ruangannya.

" Keluarlah... Dan jangan lupa cari keberadaan Zakia hingga dapat. Kuberi kalian waktu satu Minggu, jika tidak... Kepala mu akan menjadi salah satu koleksi ku " ucap lelaki itu dengan tatapan dan nada yang menusuk.

" B...baiklah bos... Saya permisi " ucapnya lalu dengan terburu keluar dari ruangan tersebut.

Zaki... jangan sampai kau seperti kacang yang lupa pada kulitnya...  Dan Zakia... Kuharap ia tak akan pernah memberi tahu kebenaran nya.... Arghh... Jordi... Sebentar lagi seluruh kekayaanmu akan menjadi milikku.

🐝🐝🐝

Siangnya dengan perasaan yang pasti dan mental yang kuat, Syifa berdoa selalu dan memberanikan dirinya untuk menyampaikan sesuatu yang ia simpan dari 1 Minggu yang lalu.

Bismillah Syifa... KUATLAH.

Ia berteriak didalam batinnya dengan semangat. Ia akan mengatakannya. Ya harus mengatakannya.

Dengan langkah gontai, Syifa berjalan menuju kedalam rumahnya, namun ia mendapati Zaki yang tengah sibuk diruang tengah. Maka ia urungkan kembali niatnya untuk memberi tahu Zaki berita penting ini.

Dengan badan yang lesu, Syifa pun lalu pergi kedapur, lalu ia mulai membuatkan Zaki secangkir kopi.

Setelah selesai membuat kopi, dengan perasaan yang berdebar, Syifa lalu membawanya menuju ke Zaki yang tengah sibuk dengan berkas berkasnya.

" Hmm kak, ini kopinya " ucap Syifa lalu meletakkan cangkir kopinya disamping berkas berkas Zaki.

" Hmm " hanya gumaman Yanng terdengar dari Zaki.

Tidak ada kata terima kasih atau pun kecupan mesra... Ah...Syifa telah bermimpi terlalu jauh. Sadarlah Syifa.

Karena telah terbiasa, Syifa lalu segera hendak beranjak dan meninggalkan Zaki dengan beberapa banyaknya berkas.

" Syifa, kesini " ucap Zaki yang sukses membuat Syifa menoleh dan dengan perasaan yang berdebar.

" I...iya kak " ucap Syifa lalu menatap kearah Zaki.

Lalu dengan perasaan gugup Syifa berusaha menahan malu, bagaimana tidak... Zaki kini tengah melihatnya dengan dalam.

" Mulai besok, kurangi makan mu, lihatlah... Kau bertambah gendut " ucap Zaki sambil menjelajahi tubuh Syifa dengan mata tajamnya.

Syifa yang merasa malu hanya bisa menunduk dan menahan senyumnya. Ternyata selama ini zaki memperhatikan nya.

" I...iya kak, a...akan Syifa kurangi nanti makannya " ucap Syifa yang masih menunduk.

" Bisakah kau tidak bicara sambil tergagu gagu. " Ucap zaki lalu melepas kacamata nya.

" A...ah... Baiklah kak " ucap Syifa lalu melihat kearah Zaki.

" Hmm baiklah, sebaiknya kau sarapan saja, tapi ingat... Jangan makan terlalu banyak. Aku tak suka wanita gendut " ucap Zaki lalu memasang kembali kacamata nya.

" Iya kak " ucap Syifa dengan tersenyum bahagia.

Dengan perasaan yang membuncah senangnya, Syifa segera berjalan menuju dapurnya dan dengan perasaan yang hampir meledak ia mengatur nafasnya agar tak terdengar oleh Zaki.

Bahagianya ya Allah...

🐝🐝🐝

Sementara ditempat lain, lebih tepatnya masih didalam apartemen milik zahir, seorang wanita dengan isakan tantang keras, selalu meratapi segala rencana yang Allah berikan ini.

" Aku harus memberitahukan nya kepada kakak, aku harus memberitahunya... Oh...tapi bagaiman ya Allah... Penjaga pria itu pasti tersebar di seluruh kota ini... Bantu aku ya Allah... " Isaknya.

" Tidak... Aku harus bisa sendiri... Sudah cukup selama ini bang Zahir membantu ku... Aku harus bisa mandiri... Ayah... Bunda... Tolong Zakia... Zakia rindu dengan kakak... " Isaknya lalu menatap sebuah foto yang hanya menampilkan wajah sosok sang kakak.

" Kak Zaki... Zakia rindu " ucap nya lalu kembali menangis dengan hebat.

🐝🐝🐝🐝🐝🐝🐝🐝🐝🐝🐝🐝🐝🐝🐝

See you on the next chapter guys


SYIFA (Lagi Revisi Nih!)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang