13 - Berkunjung

10K 568 19
                                    

Sudah lima hari berlalu setelah hari lamaran, dan juga persiapan Syifa untuk kuliah juga hampir selesai, kini dia hanya perlu menunggu hari pernikahan dan akan pindah bersama Zaki ke luar kota, tempat dia kuliah.

Syifa sangat terharu, Zaki bahkan sampai rela pindah ke perusahaan nya yang kebetulan ada di kota tempat kelahiran eyang nya itu, dengan begitu tidak ada yang perlu di khawatir kan, Syifa bisa mudah ke kampus nya begitu pula dengan Zaki pergi ke perusahaan nya.

Hari ini cuaca sangat cerah, karena itu Syifa dan Zahra kuat duduk berjemur di tepi kolam, tapi tetap saja menggunakan payung, panas matahari di Indonesia tidak bisa di pakai untuk berjemur santai seperti di luar negeri, sangat panas!

"Gak kerasa banget kalau menjalani hidup, dulu umi hampir kalah dengan kehidupan waktu mengandung kalian, dan sekarang anak umi malah mau menikah, memang benar apa yang di katakan orang-orang, hidup manusia itu sebenarnya hanya singkat, kalau kita tidak menghitung hari dan membiarkan semuanya berlalu, pasti tiba-tiba waktu sudah berlalu cepat dalam sekejap mata."

Syifa tersenyum masam mendengar perkataan umi nya. Mungkin orang lain menangkap maksud 'kalah mengandung kalian' sebagai ungkapan hampir gagal melahirkan, tapi sebenarnya Syifa tau apa maksudnya. Dulu saat umur nya lima belas tahun, hanya Syifa sendiri yang tahu, dia menguping pembicaraan Zahra dan nenek nya. Dia sangat ingat saat itu Zahra dan Jordi sedang bertengkar hebat, hingga nenek nya yang terkenal galak sampai turun tangan untuk membantu suami-istri itu baikan, di situlah nenek nya marah sambil menceritakan betapa menderitanya masa lalu Zahra.

Mulai detik itu juga, Syifa langsung menangis diam, gadis itu berlari ke kamar nya, dia tidak percaya dengan apa yang nenek nya katakan, dan dia juga tidak menyangka bahwa Abi nya yang terlihat lembut, penyayang di saat ini dulu adalah iblis yang berusaha membuat umi nya mati secara perlahan. Bahkan, Syifa mendiamkan Jordi selama satu minggu, entah kenapa setiap melihat wajah Abi nya sendiri dia menjadi benci, tapi itu semua tidak bertahan lama, karena Abi nya langsung peka dan meminta maaf jika ada melakukan kesalahan.

Masa lalu itu hanya di ketahui oleh Syifa sendiri, Abang kembar nya bahkan tak tau sama sekali. Tampaknya semua orang memang menutup rapat masa lalu Zahra dan Jordi. Mengingat itu semua, Syifa jadi takut, apakah nanti pernikahan nya juga seperti itu? Tapi rasa nya tidak mungkin, mengingat dia juga pernah tumbuh bersama Zaki, mereka adalah teman dari kecil.

"Tapi umi rela gak nih Syifa nikah? Nanti umi malah rindu deh." Goda Syifa, gadis itu mendekatkan duduk nya di samping Zahra, memeluk erat lengan wanita kuat miliknya.

Air mata sudah berlinang, Syifa membayangkan bagaimana masa lalu Zahra, ia mengingat jelas bagaimana nenek nya menyebutkan bahwa dalam keadaan mengandung mereka bertiga, Jordi tega menusuk istrinya sendiri demi sebuah bukti yang tidak jelas dan sia-sia!

"Apaan sih, umi mah biasa aja tuh, kamu nya dong yang di tanya, nanti baru pindah sehari udah kangen sama umi." Ucap Zahra sambil mencubit pipi putrinya. Tanpa wanita itu sadari, sejak tadi Syifa sedang menangis memeluk nya.

Ketika dia merasakan lengannya basah, baru lah Zahra kaget melihat putrinya menangis. Bukannya menenangkan Syifa, Zahra tersenyum haru, ia lalu memeluk balik putri satu-satunya itu dan mengusap lembut punggung anaknya tersebut.

"Maafin umi ya, jadi istri yang Solehah nanti."

* * *

Kediaman rumah Jordi terlihat sunyi karena saat ini adalah jam sesudah Zuhur, penghuni rumah memilih untuk istirahat sebentar di kamar masing-masing, itu lah sebabnya rumah terlihat sunyi.

Di dalam sebuah kamar tingkat dua dengan pintu berwarna merah maroon, Zahdan sedang duduk santai di balkon nya sambil menatap intens ke arah mansion yang berhadapan dengan mansion nya. Siapa lagi kalau bukan milik Layla, pujaan hati nya. Ini lah kegiatan nya sehari-hari, mengawasi Layla, bahkan Zahdan berani bertaruh kalau Layla tidak tahu ada kamera tersembunyi yang ia letakkan di boneka Teddy bear ukuran manusia yang di belikan Zahdan saat gadis itu berusia 16 tahun. Zahdan itu susah di tebak, bahkan mungkin dia lebih berbahaya dari Zidan.

Fokus laki-laki itu teralih kan saat handphone milik nya berbunyi, dengan cepat dia mengangkat nya.

"Assalamualaikum, lu lagi ngapain?"

Senyum Zahdan terbit dengan manis, laki-laki itu lalu berdiri dan masuk ke kamar, dia lalu keluar dan menuju ke arah kamar Syifa.

"Gak ada sih, lagi duduk santai sambil liatin kamar Laila, terus lu ganggu sambil nelfon gue."

"Hahaha sorry deh, hmm ngomong-ngomong gue boleh ajak Syifa jalan ke rumah gak, paman pengen ketemu sama dia, sekaligus jalan-jalan, tadi gue udah izin sama Abi lu kok."

"Iya-iya tau, lu mah kalau nelfon gue paling cuma nanya Syifa, Syifa, Syifa! Asem tau gak, udah lah ini gue juga di depan kamar nya, bye!"

Tut Tut

Panggilan terputus, Zahdan lalu mengetuk pintu berwarna baby blue tersebut.

"Dek! Keluar bentar." Panggil Zahdan.

Tak lama menunggu, yang di panggil akhirnya keluar, Syifa menatap heran ke arah Zahdan sambil menaikkan alisnya. "Siap-siap gih, bang Zaki mau ngajak kamu jalan-jalan." Malas melihat bucin lagi jatuh cinta, Zahdan kembali menutup pintu kamar adik nya, dia tau saat ini Syifa sedang memerah malu dan menutup wajahnya. Dasar!

* * *

Canggung.

Keadaan di dalam mobil Zaki sangat canggung, dua manusia yang sedang dalam cinta itu sama-sama terdiam tak berani berkutik. Kau Zaki ataupun Syifa, kedua nya terdiam.

Padahal perjalanan sudah terlewati separuh, sebentar lagi mereka akan sampai ke rumah paman Zaki, tapi tidak ada satu pun obrolan yang keluar dari mulut masing-masing.

Untuk memecahkan suasana, Zaki menoleh ke arah calon istrinya itu dan ber-dehem memberi kode.

"Ini kali kedua kita ketemu setelah lamaran bukan, Abang hanya mau mengatakan terimakasih atas jawaban indah nya." Syifa hanya mengangguk pelan, gadis itu menunduk, di dalam hati nya ia menahan rasa bahagia.

"Dan mungkin ini kedua kalinya Abang minta kamu untuk angkat pandangan, gak usah terlalu malu dengan Abang, sebentar lagi kan kamu jadi istri Abang, harus terbiasa dong." Syifa lagi-lagi mengangguk, dia lalu mengangkat pandangannya dan menatap ke arah Zaki.

"Nah akhirnya lihat juga." Ucap Zaki dengan bahagia saat ia menatap ke arah Syifa yang sudah mengangkat pandangannya.

"Eh." Gugup Syifa dengan pipi yang lebih memerah.

Setelah menempuh perjalanan singkat, akhir nya Zaki dan Syifa sampai di kediaman paman nya. Jujur saja sudah lama Zaki tidak berkunjung ke sini, karena sejak umur 17 tahun dia sudah nekat untuk hidup sendiri, semua pencapaian dan kekayaan yang ia punya murni dari hasil kerja keras nya, tidak ada campur tangan dari pamannya.

Setelah masuk ke dalam rumah, Zaki dan Syifa di sambung hangat, ke duanya sangat bersemangat bercerita mengenai rencana pernikahan ke paman. Hingga akhirnya saat ingin pulang, Syifa meminta izin untuk menggunakan toilet rumah paman sebentar.

Gadis itu lalu berpisah dengan Zaki, Syifa lalu segera pergi menuju ke belakang, sesuai yang di arah kan oleh paman.

Lurus dan belok kiri.

Baru saja ingin belok ke kiri, langkah Syifa terhenti saat mendengar suara teriakan perempuan, lutut gadis itu bergetar takut, tapi makin lama ia bisa mendengar jelas suara teriakan itu terdengar pilu dan menyakitkan, dengan penasaran, akhirnya Syifa mengambil langkah ke kanan, turun ke bawah dan mengikut lorong yang membawa nya menuju suara teriakan tersebut, baru saja ingin sampai tubuh Syifa tersentak kaget saat ia merasa ada seseorang menarik hijab nya, ternyata itu Zaki.

Kedua nya sama-sama bingung dengan suara teriakan tersebut, Zaki memang keponakan paman nya, tapi dia tidak terlalu tau seluk beluk rumah ini. Zaki memberi kode kepada Syifa untuk diam, kedua nya lalu sama-sama berjalan makin turun dan dalam, hingga sampai lah mereka di sebuah pintu besi.

Syifa meneguk susah air liur nya, apalagi Zaki, laki-laki itu heran, ruangan apa yang ada di depannya, apa yang di sembunyikan oleh paman nya.

"Sedang apa kalian di sini?"

Hah!

* * *

22 Agustus 2021
Wahyu retsyafani.

SYIFA (Lagi Revisi Nih!)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang