Setelah jalan-jalan malamnya selesai, Jordi mengarahkan mobil untuk segera pulang, diperjalanan Syifa tak sengaja memakai headset pun tertidur karena terbawa suasana musik. Sesampainya dirumah, Jordi segera menghentikan mobil di halaman depan, dan menyuruh salah satu bodyguard untuk memasukkan mobil ke garasi.
"Abi, adek masih didalam." Ucap Zahdan.
"Yaudah kakak Gendong lah." Ucap Jordi.
"Udah ngantuk bi." Ucap Zahdan sambil mengucek matanya.
"Yaudah, biar Abang aja bi." Ucap Zidan lalu pergi menuju ke mobil.
"Cepetan ya, nih umi juga ngantuk." Ucap Jordi lalu merangkul zahra.
Ceklek.
Zidan segera membuka pintu mobil, dan dengan perlahan ia menggendong Syifa. "Baru pulang dan." Tanya Zahir yang tampaknya baru siap lari malam. "Eh iya bang, Abang abis lari ya?" Tanya Zidan.
"Iya nih, lagi mood aja." Ucap Zahir sambil mengelap keringatnya.
"Yaudah, Zidan kedalam dulu ya bang, Syifa nya berat nih." Ucap Zidan sambil menatap ke arah gendongannya yang ada Syifa.
"Hahaha yaudah, tapi besok-besok Abang aja yang gendong Syifa nya." Ucap Zahir sambil menaikkan alis nya. Namun tampaknya Zidan menuruni sifat lola (Loading lama) milik Zahra.
"Maksud Abang apa?" Tanya Zidan sambil menatap bingung ke arah Zahir.
"Gak ada, yaudah masuk sana." ucap Zahir lalu pergi menuju rumahnya yang berada di depan rumah Zidan.
Ceklek.
Dengan langkah yang besar, Zidan membawa tubuh Syifa menuju ke arah kamar, dengan pelan Zidan meletakkan tubuh mungil Syifa di kasur.
Baru saja ingin beranjak dari kasur adiknya, tubuh Zidan terhenti saat merasakan lengan baju nya di tahan, mata elang milik anak sulung tersebut menatap cepat ke arah wajah Syifa yang tampak pucat, keringat dingin tampak mengalir dari kening turun ke pipi putih miliknya, hal tersebut membuat Zidan langsung khawatir.
Adik nya tiba-tiba mengigau, memanggil nenek buyut mereka dengan nada suara yang terdengar bergetar. Merasa bingung dengan hal yang di sebutkan Syifa, Zidan menyerit kan kening, apa maksudnya? "Eyang tolong!" Gadis itu selalu mengigau, hal tersebut sukses membuat Zidan menjadi sangat khawatir. "Jangan pukul Syifa!"
"Dek bangun!" Zidan dengan sekuat tenaga berusaha membangunkan adik nya itu, tangan kekar miliknya tak berhenti mengguncang tubuh Syifa, berharap bahwa gadis tersebut segera membuka matanya.
"Jangan pukul! Sakit!" Teriak Syifa sambil meronta-ronta di dalam tidur nya.
"Adek!!!" Teriak Zidan.
Satu teriakan membuat Syifa langsung terbangun, gadis itu terdiam sejenak, mata nya sudah memerah akibat menangis dalam tidur, deru nafas nya terdengar sesak, serta tangan dan kaki yang bergetar, melihat Zidan yang sedang duduk di depan nya, tanpa pikir panjang Syifa memeluk erat tubuh kakak laki-laki nya tersebut, ketakutan terlihat jelas di mata nya, ini adalah mimpi terburuk yang pernah ia alami.
"Tenang Syifa, gak ada yang bakal mukul kamu, abang disini." Ucap Zidan sambil mengelus punggung Syifa dengan lembut di dalam pelukan nya.
Pelan-pelan Zidan menenang kan adik nya, tangan nya tak berhenti mengusap lembut kepala Syifa, sementara itu otak nya sedang berpikir keras, siapa yang membuat adik nya bisa seperti ini, di bully? Rasanya tidak mungkin, tidak ada yang berani menyentuh Syifa, bahkan menaikkan nada suara saja tidak ada yang berani di sekolah maupun di rumah.
Brak.
Tak lama Zidan berperang di dalam pikirannya, pintu terbuka kasar, di sana terlihat Jordi dan Zahra masuk dengan raut wajah khawatir. Mata Jordi langsung terkunci ke arah wajah putri nya yang terlihat pucat serta kusut, ayah dari tiga anak itu langsung merebut Syifa dari pelukan Zidan, memeluk Putri satu-satunya itu dengan erat. "Kamu kenapa sayang?" Ucap Jordi dengan panik, namun ia masih berusaha terdengar tenang.
KAMU SEDANG MEMBACA
SYIFA (Lagi Revisi Nih!)
Romance⚠ Cerita mengandung adegan kekerasan. Syifa alfurqan POV Kata umi, dia menikah dengan abi sewaktu umur 22 tahun, umi bilang awal masa pernikahannya tidaklah baik, tapi umi ku adalah wanita yg tegar, ia selalu menerima segala perlakuan Abi, hingga a...