"Hmm kue nya enak om."
Syifa mendongakkan ke arah Zaki, mata gadis itu memancarkan binar bahagia karena kue buatan nya di puji oleh sang pujaan hati. Bohong jika Syifa tak merasa senang, bahkan ia merasa jika hati nya sedang berbunga-bunga.
Jordi dan Zahra hanya mengangguk dengan pelan, suami-istri itu memandang geli ke arah Syifa yang sedang tersipu malu hanya karena pujian kecil yang Zaki berikan. Itu menurut mereka, tapi tidak tahu kah Jordi dan Zahra bahwa betapa bahagianya Syifa saat ini. Di puji oleh orang yang kita cintai, dan di depan orangtuanya pula!
"Tentu saja Zaki, kue ini kan Syifa yang bikin."
Bluss.
Pipi gadis itu memerah seperti warna tomat saat Jordi memuji nya di depan Zaki. "Oh iya Zaki, bagaimana kabar paman mu, saya dengar dia berangkat ke Jerman pagi tadi, apa dia membuka cabang baru, lalu perusahaan di sini siapa yang mengelola nya?" Ucap pria parubaya tersebut sambil menatap serius ke arah Zaki.
"Ah iya, paman baru saja berangkat pagi ini, perusahaan di Indonesia, saya sendiri yang akan mengelolanya." Jawab laki-laki itu dengan sopan.
"Baiklah, semoga kau bisa membuat nya tambah maju." Ucap Jordi dengan ramah sambil tersenyum hangat ke arah Zaki. "Terima kasih om."
Kemudian, dua laki-laki itu kembali melanjutkan perbincangan mereka seputar tentang dunia bisnis dan lainnya. Zahra hanya diam dan menjadi pendengar yang baik ketika suaminya berbicara dengan Zaki.
Sementara itu, Syifa sama sekali tak berkutik, gadis itu diam bagaikan patung, menatap dalam ke arah Zaki yang tampak sangat tampan malam ini. Jantung nya berdebar setiap Zaki tertawa akibat obrolannya dengan Jordi.
"Sayang, kok diam aja."
Tubuh kecil Syifa tersentak kaget saat merasakan tepukan pelan di pundak nya. Gadis itu gelalapan saat Zahra memergokinya tengah memperhatikan Zaki. "I-itu gak ada kok mi, hmm ya gak ada." Zahra mengerutkan keningnya dengan bingung, wanita parubaya itu menggeleng dengan pelan.
"Daripada melamun, mending sekarang ambil lagi kue nya sana, yang ini udah mau habis."
"Hmm iya umi." Ucap Syifa dengan cepat, gadis itu lalu berdiri dan melangkahkan kakinya menuju ke dapur
"Hmm bisakah saya menumpang ke kamar mandi nya om?" Ucap Zaki dengan cepat saat melihat Syifa yang mulai menjauh dari pandangannya.
"Oh ikuti saja Syifa, dia juga ingin ke dapur. Dek antar kan Zaki ke kamar mandi." Ucap Jordi dengan sedikit berteriak.
"E-eh!!!" Jawab Syifa dengan cepat, bahkan gadis itu secara tidak sadar menampilkan wajah bodoh nya.
"Kenapa dek, ada masalah?" Tanya Jordi sambil menatap bingung ke arah Syifa. "Eh! Enggak kok, mari bang Zaki."
Zaki menganggukkan kepalanya dengan cepat, ia lalu berdiri dan berjalan menuju ke arah Syifa dan mengikuti ke mana gadis itu akan membawa nya.
"T-toiletnya sebelah kanan ya bang, itu yg pintu warna biru."
"Hmm baiklah." Ucap Zaki lalu masuk ke dalam toilet.
Lalu, selepas Zaki masuk kedalam toilet, Syifa pun segera mengambil kembali kuenya. Waktu berlalu, Syifa sudah selesai menata kue nya di nampan, saat itu lah Zaki keluar, jantung Syifa berdetak kencang.
"Boleh saya minta air es Syifa."
Karena saking berkelana di alam pikiran nya, Syifa sampai terkejut saat Zaki sudah berdiri di samping nya.
"Mau apa bang?" Tanya Syifa dengan gugup, ia masih belum berani menatap langsung ke mata Zaki, jadi saat ini dia masih menundukkan kepalanya.
"Lagi melamun ya, Abang minta air es nya, ada kan Syifa?" Zaki terkekeh pelan melihat gadis pujaan hati nya menahan gugup, ternyata seru juga membuat Syifa malu seperti ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
SYIFA (Lagi Revisi Nih!)
Romance⚠ Cerita mengandung adegan kekerasan. Syifa alfurqan POV Kata umi, dia menikah dengan abi sewaktu umur 22 tahun, umi bilang awal masa pernikahannya tidaklah baik, tapi umi ku adalah wanita yg tegar, ia selalu menerima segala perlakuan Abi, hingga a...