#versibaru26mei2021
Namira berlari dengan air mata yang terus berderai, mengabaikan pandangan aneh dari orang-orang yang melihatnya. Dia tidak peduli, saat ini hatinya harus segera diselamatkan. Perasaan yang campur aduk atas pengakuan Riko membombardir pertahanan dirinya. Antara senang dan sedih. Senang karena Riko masih mencintainya dan sedih karena semua sudah terlanjur.
Bruk.
Karena berlari tanpa memperhatikan sekitarnya, Namira hampir saja terjatuh karena menabrak seseorang. Matanya terpejam erat dan berharap semoga badannya tidak kesakitan ketika membentur lantai nanti. Tetapi, sebuah pelukan erat melingkari pinggangnya dan menyadarkan Namira bahwa dia baik-baik saja. Dengan menahan rasa malu dan sedihnya, Namira membuka kelopak matanya perlahan. Betapa leganya dia saat tahu siapa orang yang ditabraknya.
Bintang.
"Bisa gak, sih, jalan aja gak perlu lari-lari? Ini tu kampus buka--"
Namira segera memeluk Bintang. Menyembunyikan wajahnya di dada Bintang.
"Pulang!" Suaranya bahkan sudah serak. Dia mencengkram erat kemeja yang digunakan Bintang. "Pulang!" ulang Namira. Bintang masih tetap diam hingga matanya menangkap wajah seorang pria yang tidak asing lagi. Di sana, Riko berdiri dengan wajah yang penuh amarah yang ditujukan untuk Bintang. Tanpa pikir panjang Bintang segera membawa Namira pulang.
Awalnya dia ingin menggoda Namira tentang mantan pacar istrinya itu. Namun, diurungkan mengingat kondisi Namira sedang buruk. Bisa jadi gadis itu akan mengamuk jika Bintang membahas mantannya.
Nama yang tertulis di hati akan kalah dengan nama yang tertulis di buku nikah. Aku cinta kamu akan kalah dengan saya terima nikahnya.
Sekarang Bintang sadar, bahwa kalimat yang pernah dia dengar itu benar adanya. Hati kita bisa saja mencintai orang lain, tetapi kenyataan lah yang akan menunjukan bahwa tidak selama mencintai itu harus memiliki. Dan, bisa jadi jodohmu bukan dia yang selama bertahun-tahun menjadi kekasihmu, bisa jadi jodohmu adalah seseorang yang tidak pernah kamu pikirkan dalam hidupmu.
Meskipun pernikahan mereka atas perjodohan atau bisa dibilang paksaan. Namun, Bintang tetap akan mempertahankannya, dia harus menjadi pria dan suami yang bertanggungjawab. Sekarang bukan waktu yang tepat untuk menangisi mantannya, bukan juga berharap semua kembali seperti dulu. Atau bahkan bisa memperbaiki keadaan. Tidak. Bintang tahu semua sudah terlanjur dia dan Namira sudah terikat janji sehidup semati. Bukan lagi janji ngapel di malam Minggu. Atau juga janji tukar coklat saat valentine. Bukan itu.
Mereka terikat lebih pada kekuatan yang melebihi semua itu.
Bukan hanya tentang cinta, tapi juga tanggung jawab. Membangun rumah tangga tidak cukup hanya dengan cinta saja, namun harus ada kepercayaan dan saling kerja sama untuk selalu mendukung satu sama lain. Selalu menguatkan dan memberi semangat dalam suka dan duka.
Bintang menepikan mobilnya di jalan yang sepi. Tidak tahu harus berbuat apa lagi untuk menghentikan tangisan Namira yang sangat mengganggu konsentrasinya dalam menyetir. Dengan sekali tarikan Namira berada dalam pelukan Bintang. Pria itu mengelus punggung istrinya berharap bisa meredakan tangisnya.
"Jangan nangis terus ya, nanti kamu sakit." Ajaibnya, perkataan Bintang membuahkan hasil Namira dengan patuh mengikuti perkataan sang suami. Menghentikan tangisannya dan menyisakan sesegukan yang membuatnya justru menggemaskan di mata Bintang.
Bintang menghapus air mata Namira dengan ibu jarinya. Terlihat jelas matanya semakin bengkak dan hidung yang memerah menambah parah wajah Namira.
"Jangan buang air mata kamu cuman buat nangisin mantan kayak si Riko itu. Dia cowok pengecut. Beraninya pake surat doang."
KAMU SEDANG MEMBACA
KARMA [TAMAT]
RomanceDI UNPUBLISH SEBAGIAN PART. CERITA INI SEDANG DIREVISI SECARA BERTAHAP. MOHON MAAF UNTUK TYPONYA. HARAP BERSABAR. EYD acak adul, amburadul. Harap paham hehehee. MOHON BERSABAR DALAM MEMBACANYA, KARENA CERITA ADALAH SALAH SATU YANG TYPONYA MINTA...