KARMA 43

1.5K 67 2
                                    

🌺🌺🌺

Yang sayang ga akan ngerusak. Dan yang tulus ga akan menyakiti.
Bintang Adi Yaksa

"Udah siap semua kan?" tanya Bintang begitu melihat Namira sudah menggendong Gaza.

"Udah, Kak."

"Ya udah. Ayo. Nanti kamu telat." Mereka berjalan beriringan menuju mobil. Sesuai kesepakatan, Gaza hari ini akan dititipkan di rumah orang tua Namira. Bintang dengan telaten memakaikan seat belt pada Namira. Mobil dikendarai dengan kecepatan sedang. Perjalan yang tidak terlalu lama, akhirnya sampai juga di rumah besar milik mertuanya.

Bintang segera memakirkan mobilnya begitu sampai. Dia turun lalu membukakan pintu untuk istri dan putranya.

"Assalamu'alaikum..."

"Wa'alaikumsalam.." Balasan dari dalam rumah sangat cepat. Ayu menyambut antusias cucunya.

"Akhirnya, Mama bisa bebas main sama Gaza." Sumringah sekali nenek satu cucu itu.

"Iya Mah, Bintang sama Namira mau minta tolong. Jagain Gaza sampe Namira selesai jam kuliahnya," kata Bintang. Mereka duduk di sofa ruang tamu.

"Iya sayang. Mama bakalan jagain cucu kesayangan."

"Makasih ya, Mah. Maaf ngerepotin." Bintang sedikit tidak enak. Pasalnya mertuanya ini di kenal sibuk dengan perkumpulan ibu-ibu di kompleknya.

"Mah, Papa sama Kak Yuda kemana?" Namira meneliti setiap sudut yang dia lihat. Tidak ada tanda-tanda kakak dan papanya.

"Papa Pagi-pagi tadi udah pergi ke lokasi proyek. Katanya ada masalah sedikit. Kalo Kak Yuda masih tidur." Namira berdiri dari duduknya.

"Mau kemana?" tanya Bintang.

"Bangunin Kak Yuda. Emang mau ngapain lagi." Bintang menghembuskan napas. Gemas rasanya melihat tingkah Namira.

"Biar nanti Mama aja. Udah sana, kalian berangkat. Nanti Bintang telat ke rumah sakitnya."

"Mama ngusir aku?" Wajah Namira sudah cemberut begitu mamanya mengatakan hal tersebut.

"Bukan sayang. Mama cuman ngingetin. Bukan mau ngsuir." Bintang meraih telapak tangan Namira untuk digengamnya.

"Mah, Bintang sama Namira pamit." Bintang mencium punggung tangan mertuanya.

"Namira juga, Mah." Namira mengecup seluruh wajah Gaza. "Sayangnya Bunda, jangan nakal, ya. Baik-baik sama Nenek di rumah."

"Iya, Ayah sama Bunda ga usah khawatir." Ayu menatap putrinya yang masih enggan untuk beranjak.

"Mah, jagain Gaza, ya." Namira mengatakan sekali lagi. Dia benar-benar takut dan masih trauma dengan penculikan yang pernah dialami putranya.

"Iya sayang. Mama bakalan jaga dengan baik-baik Gaza. Sampe nyamuk pun ga bisa mendekat." Bintang yang paham situasi segera memeluk pundak istrinya.

"Na, kita berangkat, ya. Gaza akan aman sama Neneknya." Akhirnya Namira mengalah. Dengan langkah berat dia mengikuti Bintang menuju mobil mereka untuk pergi.

Di dalam mobil tidak ada percakapan sama sekali. Hanya diisi keheningan.

"Kak,"

"Hem,"

"Nanti pulangnya, Namira ga usah dijemput ya. Soalnya mau langsung pulang ke rumah Mama. Kalo nunggu Kakak kelamaan."

"Iya," ucap Bintang. Pria itu masih fokus menyetir.

"Kak,"

"Hem,"

Namira dibuat jengkel dengan, hemnya Bintang. Pada hal dia ingin membicarakan sesuatu yang serius.

"Kenapa?" tanya Bintang begitu tidak ada lagi ucapan Namira.

"Tau ah. Diajak ngomong, cuman hem, hem, doang." Dia melipat tangannya dengan wajah cemberut. Kesal terhadap Bintang.

"Kakak kan lagi nyetir. Keselamatan kita penting, Namira. Pembicaraannya di tunda dulu." Bukan menghibur, malah kalimat Bintang membuat mood Namira makin buruk.

Namira melepas cepat seat beltnya begitu sampai kampus, wanita itu enggan berbasa-basi dengan Bintang.

"Buka pintunya, Kak." Bintang sengaja melakukan hal ini. Dia tidak akan membiarkan Namira pergi dengan amarah. Mereka baru berbaikan.

Dengan meraih tangan Namira, Bintang berucap, "kita punya waktu dua puluh menit untuk bicara," Namira melotot mendengar ucapan Bintang. "Kakak tahu jadwal kamu. Sekarang, katakan apa yang ingin kamu katakan tadi. Kakak akan dengar."

Bukan bicara, justru wanita itu membuang wajahnya ke samping. Malas melihat Bintang yang begitu dewasa dalam menghadapinya, sementara dia, selalu emosian dan tidak sabaran.

"Tujuh belas menit lagi." Keras kepala. Dua kata itu cukup membuat Bintang pusing dengan tingkah wanita di depannya.

"Kakak.." Teriak Namira kencang begitu dia berada di atas pangkuan Bintang.

"Kak, kalo ada yang liat gimana?" tanya Namira was-was. Pasalnya mereka berada di halaman kampus.

"Ga ada, sayang. Masih lima belas menit lagi.."

Namira menyerah, dia menunduk untuk menarik napas dan menghembuskan pelan.

"Kak.." Bintang masih diam. Menunggu apa yang akan diucapkan Namira. "Bagaimana jika Namira hamil lagi? Kemarin kita... Itu, Namira kan ga minum obat. Maksudnya kita ga pake pengaman." Bintang mengangkat dagu Namira. Pria itu tersenyum menenangkan.

"Kita sudah menikah. Sekalipun Gaza masih kecil. Kakak ga masalah kalo dia punya adik lagi. Kakak juga ga setuju, kalo harus pake pengaman. Kita bukan pasangan mesum yang berbuat zina. Kita punya ikatan yang sah dimata agama dan hukum. Apapun kata orang, kita yang ngejalaninnya. Mereka ga punya hak buat menghakimi kita sesuka hati mereka. Kakak harap kamu mengerti, anak itu rejeki. Di luar sana banyak suami istri yang ingin punya anak. Segala cara mereka usahakan. Dan kita sudah menikah, kalo kamu hamil lagi. Alhamdulillah, itu tandanya kita di percayakan Allah untuk mengurus dan membesarkan titipannya. Kita harus iklas."

Namira terharu dengan ucapan Bintang. Dia memang belum siap jika harus hamil lagi. Tapi melihat kesungguhan dan ketulusan Bintang. Wanita itu mengangguk patuh.

"Namira sayang Kakak." Bintang tersenyum bahagia. Dia memang harus lebih dewasa. Bukan hanya dewasa dari segi umur, tapi juga, sikap, sifat dan tindakannya. Dia seorang ayah dan suami yang memiliki tanggungjawab besar untuk keluarga kecilnya.

"Aku cinta kamu, Namira. Bintang Adi Yaksa benar-benar mencintai Namira Hermawan Rajasa. Ibu dari anak-anaknya."

****TBC****

Yogyakarta, 30 Juli 2019


Alur dipercepat...






KARMA [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang