Bintang mengelus pipi Namira, wanita itu akhirnya besedia makan. Dan sekarang, sudah tertidur dalam pelukkan Bintang. Bintang menunduk sedikit untuk bisa mengecup kening istrinya. Mengusap sisa air mata yang masih membekas. Betapa menyedihkan Namira saat ini, "Kaka pasti bakalan nemuin Gaza. Kaka janji." Matanya perlahan menutup. Rasa lelahnya menyambut Bintang untuk menemui alam mimpi.
Di dalam sebuah ruangan khusus, seorang pria disiksa tanpa ampun.
"Lakukan apapun untuk membuat dia bicara!" Laki-laki paruh baya itu sangat menyeramkan ketika berbicara. Sikap keras dan dinginnya kembali muncul.
"Am.. Ampunnn... Sumpah. Saya hanya menjalankan perintah.." Napas pria botak itu tersendat. Pelipisnya sudah mengeluarkan darah dan sudah mengering sejak beberapa jam lalu saat disiksa tanpa ampun.
"Jangan coba menipuku. Atau kau akan kehilangan kesempatan bernapas." Bukan ancaman. Itu adalah peringatan dari pria berdasi dan berjas mahal itu.
Yuda menutup matanya, demi apapun. Papanya sekarang terlihat menyeramkan.
"Pah, kita dengar dulu cerita dia. Yuda yakin, ada orang yang sengaja mengatur semua ini, agar kita terus memaksa dia mengaku. Sementara dia juga tidak tahu apa-apa."
"Yuda. Jangan mudah percaya pada orang. Mereka bisa saja seperti bunglon. Merubah warna tubuh sesuai keadaan." Yuda ingin menyela ucapan papanya sebelum dipotong oleh kedatangan salah satu pengawal keluarga mereka.
"Tuan." Dia membungkuk hormat pada bosnya.
"Ada apa?"
Pria itu mengeluarkan sesuatu dari saku jaketnya. Sebuah memori card yang dia dapatkan dari orang terpercayanya. Hermawan menggeram penuh amarah, ternyata, pria botak di depannya ini memang tidak tahu siapa yang menyuruhnya. Dia hanya korban yang diimingi imbalan ratusan juta untuk menculik cucunya. Sebuah video berdurasi 25 menit yang terdapat dalam memori card itu telah menjelaskan dengan jelas, jika ada orang lain yang menggagalkan rencana Zaga dengan lebih dulu menculik cucunya.
"Lepaskan dia!" Perintah itu dengan cepat dilakukan oleh para pengawal. Bahkan Yuda turut membantu pria itu dengan memberikan segelas minuman padanya.
Dengan tangan gemetar, pria itu menerima minumannya. "Terima kasih, Tuan."
Yuda tersenyum kecil, "maafkan Papa saya, maafkan kami yang telah salah menuduh anda." Pria botak itu berusaha tersenyum meski kedua sudut bibirnya terasa sakit. Para pengawal yang berada di sekitar mereka sudah tidak heran lagi dengan sikap anak bos mereka. Yuda memang pendiam, minim eskpresi. Namun pria itu sangat peduli terhadap orang-orang di sekitarnya.
Bintang membuka perlahan matanya saat saat ponselnya bergetar terus menerus. Diarahkan tangannya untuk mengambil ponselnya. Keningnya mengkerut begitu melihat nama Riko tertera di layar ponselnya, sudah beberapa minggu ini pria itu menghilang tanpa kabar berita.
"Halo, assalamu'alaikum.."
"Wa'alaikumsalam.."
"Kenapa, Ko?" tanya Bintang sambil sedikit menggeser tubuhnya agar tidak menggangu tidur Namira.
"Bisa ketemuan ga?"
Bintang melirik Namira yang tengah tertidur sambil memeluknya, "maaf Ko, kayanya ga bisa. Namira lagi kurang enak badan," kata Bintang.
Helaan napas Riko terdengar putus asa.
"Maaf Bintang. Tapi Gaza ada sama gue." Kalimat singkat itu mampu membuat Bintang terduduk dengan sempurna. Membuat Namira terbangun dari tidurnya.
"Mak... Maksud lo?"
"Gue yang nyulik Gaza."
*****(tbc)*****
Yogyakarta, 5 Juli 2019
KAMU SEDANG MEMBACA
KARMA [TAMAT]
RomanceDI UNPUBLISH SEBAGIAN PART. CERITA INI SEDANG DIREVISI SECARA BERTAHAP. MOHON MAAF UNTUK TYPONYA. HARAP BERSABAR. EYD acak adul, amburadul. Harap paham hehehee. MOHON BERSABAR DALAM MEMBACANYA, KARENA CERITA ADALAH SALAH SATU YANG TYPONYA MINTA...