---selamat membaca--
"Nin, jangan terus menghindar. Mama cuman mau kamu dan Aldo saling bicara, setidaknya kamu harus menjenguknya. Dari dia sadar, sampai saat ini kamu belum pernah melihatnya. Kenapa sayang?" Aini mengusap pelan rambut putrinya.
Nindi menggeleng, "Nindi cuman ga mau buat Aldo lebih menderita lagi dari sekarang, Mah. Dia bisa hampir mati karna Nindi. Nindi cuman merasa..." Perlahan tangisnya berbisik pelan. Menunjukan betapa dia juga sedih dengan apa yang menimpa pria itu.
"Sayang. Mama percaya, Aldo tidak pernah melakukan hal gila, dengan mengorbankan nyawanya demi orang lain. Mama sangat tahu, Mama bisa merasakan lewat tatapannya dan perlakuan dia sama kamu. Dia peduli, tidak. Lebih dari itu." Aini menatap sepasang mata warisan keluarga Rajasa di depannya. Mata yang pemiliknya pernah juga menolong dia waktu pernah dihina dan dicaci nyonya besar keluarga Rajasa. Farhan. Kakak kembar dari Hermawan Rajasa. Pria yang pernah menjadi orang penting di hatinya. Namun sejak kebenaran, darah Farhan mengalir deras dalam tubuh Nindi. Perlahan ruang hatinya terisi dengan sosok pria yang dari dirinya lah, Aini ikut andil dalam kematian ayah dari anaknya sendiri. Sampai sekarang, dia belum bisa mengatakan kebenaran kejam itu pada Nindi. Dia takut, realita akan menghukumnya dengan karma buruk akan dosanya di masa lalu.
Dengan menenteng rantang berisi makanan buatannya sendiri, Nindi memberanikan diri menjenguk Aldo. Dadanya berdetak lebih cepat dari biasanya. Gugup perlahan melanda wanita itu. Sudah tidak asing lagi, semua sudah tahu, jika wanita ini juga merupakan seorang Rajasa. Nindi menyambut ramah sapaan orang-orang.
Berdiri di depan pintu kamar 209, Nindi berusaha menormalkan rasa gugup. Perlahan pintu kamar dia dorong pelan. Sangat pelan. Hingga tak menimbulkan suara, celah yang tercipta itu mampu membuat matanya memanas. Bagaimana dia melihat Aldo sedang memeluk seorang wanita cantik. Rasa kecewa pun perlahan hadir, dengan air matanya Nindi menutup kembali pintu kamar Aldo. Otaknya mengutuk kelemahan hatinya yang terlalu gampang baper dengan sikap Aldo padanya.
Nindi terus berjalan hingga tanpa sadar wanita itu menabrak bahu seseorang. Dia hanya mengucapkan maaf tanpa melihat wajah orang tersebut. Hatinya harus dia selamatkan. Dokter Siska ingin memanggil Nindi, namun perumpuan itu segera sadar dengan keadaan yang ada. Nindi berjalan dari arah kamar Aldo. Itu berarti wanita itu baru saja menjenguk sepupunya, namun ada yang aneh. Kenapa Nindi menangis?
Pintu kamar inap Aldo dibuka dengan kasar. Matanya menatap sinis wanita cantik yang duduk di samping ranjang sepupunya.
Dasar, parasit.
"Do, lo itu apa-apaan sih?" tanya dokter Siska tanpa basa-basi. Emosinya mendadak naik.
"Kenapa? Kenapa lo marah-marah sama gue?" Pria itu masih tidak paham.
"Kenapa? Si benalu ini, yang bikin lo sampe buat Nindi nangis." Dokter Siska menunjuk dengan jarinya pada Kaila. Wanita cantik itu hanya mendengus sinis. Sudah biasa mendengar mulut pedas sepupu mantan pacarnya. Yang sebentar lagi akan menjadi pacarnya, lagi.
"Nindi? Maksud lo? Gue dari tadi ga liat Nindi. Dia bahkan belum jenguk gue sama sekali." Lirih Aldo pelan. Nampak pria itu sedih dengan sikap Nindi.
"Jadi...? Terus kenapa tadi dia dari kamar lo sambil nangis-nangis." Aldo segera sadar. Tidak. Nindi pasti melihat dia di peluk Kaila. Tidak bisa dibiarkan. Aldo turun dari ranjangnya. Jarum infus sudah sejak pagi tadi dilepas. Jadi tidak ada yang menggangu langkahnya.
"Do, mau kemana? Lo masih sakit." Kaila berdiri sambil manahan tangan Aldo. Mencegah pria itu pergi.
"Lepasin gue, Kai. Lo seharusnya sadar. Ga ada tempat lagi buat lo balik sama gue. Kita udah selesai." Cekalan Kaila dilepas Aldo dengan pelan. Pria itu segera ke luar kamarnya.
"Do."
"Lo budek, ya? Perlu gue anter ke THT, biar itu kuping normal. Aldo. Udah. Ga. Mau. Sama. Lo. Lagi. Dengar." Dokter Siska mendorong bahu Kaila. Dia melangkah ke luar.
****((tbc))****
Yogyakarta, 9 Juli 2019
KAMU SEDANG MEMBACA
KARMA [TAMAT]
RomanceDI UNPUBLISH SEBAGIAN PART. CERITA INI SEDANG DIREVISI SECARA BERTAHAP. MOHON MAAF UNTUK TYPONYA. HARAP BERSABAR. EYD acak adul, amburadul. Harap paham hehehee. MOHON BERSABAR DALAM MEMBACANYA, KARENA CERITA ADALAH SALAH SATU YANG TYPONYA MINTA...