#versibaru27mei2021
Bintang Adi Yaksa
Namira Hermawan Rajasa
Riko Lasgar Kusuma
Nindi Syeirza Putri"Silahkan, Mas. Motornya udah siap." Lidah Riko terasa asing ketika memanggil suami Namira dengan sapaan 'mas', tapi dia harus melakukan hal itu. Karena pria itu adalah pelanggan. Sebenarnya Riko juga sedikit canggung mengingat pertemuan terakhirnya dan Bintang kurang baik. Tapi, Bintang terlihat biasa saja.
Senyum Bintang terbit, pria yang menyapanya dan memperbaiki motornya ini adalah mantan kekasih istrinya. Rasanya sangat aneh ketika keduanya saling terlibat percakapan. Tapi Bintang berusaha untuk menanggapi semuanya dengan baik. "Makasih, Ko. Gue yakin motor gue pasti udah kembali sehat kalau lo yang jadi montirnya." Riko memasang senyum keterpaksaan mendengarnya. "Gue pamit, ya." Bintang menuju kasir dan membayar biaya perbaikan motornya diikuti dengan pandangan aneh dari beberapa montir yang melihatnya.
"Ko, lo kenal sama dia?" Semua karyawan di bengkel itu penasaran. Pasalnya Bintang adalah pelanggan baru di bengkel mereka.
"Iya. Dia suami Namira."
"Eh, buset dah. Bisa ramah gitu, ya, ke mantan pacar istrinya." Salah satu karyawan yang tahu kisah cinta Riko dan Namira tampak terkejut. Mereka semua tahu, dan cukup mengenal Namira dengan baik. Gadis cantik itu pernah beberapa kali menemani Riko bekerja di bengkel. Bahkan dia selalu jadi magnet para pegawai bengkel. Selain wajahnya yang ayu sikapnya juga sangat ramah dan santun.
"Terus jaga silaturahmi dengan Namira, Ko. Meski kalian sudah selesai. Berakhir menjadi kekasih bukan berarti kalian tidak bisa menjadi teman, kan?" Pak Gito selaku pemilik bengkel tempat Riko bekerja mencoba memberi nasihat. Dia sudah menganggap Riko sebagai anaknya sendiri.
"Iya Om." Riko akan terus jaga perasaan ini hingga dia pergi dengan sendirinya," batin Riko.
Menjaga tali silaturahmi dengan mantan itu ibarat mencari jarum dalam tumpukkan jerami. Sulit. Riko berusaha sekuat yang dia bisa untuk menekan rasa sesak di dadanya yang berhasil merampas separuh napasnya hingga menimbulkan rasa sakit yang tidak terkira.
Ternyata, menjaga silaturahmi dengan mantan sangat menyakitkan.
Tentu saja sakit. Karena bersama Namira, Riko pernah mengukir janji sehidup semati. Dan sekarang, dia yang mati dan Namira yang hidup. Dia yang menjalani perihnya sakit hati dan gadisnya menjalani manisnya berumahtangga. Dia yang gagal move on dan Namira yang berhasil move on. Tak terelakan lagi, pernah berpikir untuk mengambil paksa Namira dari Bintang. Tapi, Riko menepis pikiran picik dan pecundang itu.
Kadang, Riko bertanya, mengapa Tuhan mempertemukannya dengan Namira jika pada akhirnya dia hanya dijadikan tempat persinggahan sementara jika perempuan itu merasa lelah. Dan, jika penatnya telah hilang dia akan pergi. Melanjutkan perjalanan menuju rumahnya.
Terlalu banyak kenangan mereka yang tidak bisa Riko hilangkan begitu saja. Kalaupun ingin menghapus, Riko takutnya hatinya menjadi kosong dan sepi. Jika ruang di hatinya dapat di refresh maka akan dia lakukan. Sayangnya hati Riko bukan sebuah perangkat komputer. Meskipun hatinya tergolong perangkat lunak. Namun, hatinya lebih lunak dari perangkat lunak yang ada di komputer. Jika bisa, Riko akan melakukan recycle atau daur ulang, hati, pikiran, otak, dan tubuhnya yang dianggap menjadi tempat berkumpulnya semua kenangan yang sekarang tidak bermanfaat dan menjadi sampah. Sayang sekali hal seperti itu tidak akan terjadi, dan kalaupun terjadi semuanya butuh waktu bertahun-tahun.
Mantan. Satu kata yang sarat kenangan. Bagaimana lagi cara dan metode yang digunakan agar kita bisa sampai pada tahap move on. Satu lagi masa tahap dimana kita bertarung antara melepaskan dan memperjuangkan. Move on. Harus mengikhlaskan seseorang yang kita cintai sepenuh hati bukan perkara mudah. Berbagai macam cara dan usaha dilakukan agar berhasil melalui fase menyakitkan dari kenangan bersama mantan.
Jatuh cinta tidak bisa memilih. Saat hati sudah nyaman dengan keadaan, maka berpaling bukan hal yang mudah. Benci juga dendam dijadikan sebuah sarana agar mencapai tahap move on dengan mudah. Mengingat kejelekan dan keburukan mantan digadang-gadang menjadi alternatif paling manjur untuk melupakan. Tapi bagaimana jika yang diingat justru kebalikannya, bukankah itu sama saja berjalan di tempat?
Apalah daya, hati tak bisa diajak kompromi soal rasa. Memaksa membuat terluka. Tak dipaksa semakin terluka. Akhirnya, logika dilumpuhkan cinta yang telah merajalela separuh sistem saraf tubuh manusia.
****(((bersambung)))****
Yogyakarta, 23 Januari 2019
KAMU SEDANG MEMBACA
KARMA [TAMAT]
Lãng mạnDI UNPUBLISH SEBAGIAN PART. CERITA INI SEDANG DIREVISI SECARA BERTAHAP. MOHON MAAF UNTUK TYPONYA. HARAP BERSABAR. EYD acak adul, amburadul. Harap paham hehehee. MOHON BERSABAR DALAM MEMBACANYA, KARENA CERITA ADALAH SALAH SATU YANG TYPONYA MINTA...