Percayalah, hati yang pernah patah akan mampu menjadi lebih kuat. Lalu kecewa yang pernah ada akan mengajarimu untuk lebih bisa membedakan mana cinta dan mana perasaan semu.
Hati yang pernah terluka akan menjadi lebih tangguh dalam membentengi dirimu.
"Sampai kapan kamu hanya melihat dari luar?"
Pria itu tersenyum miris, "aku semakin tidak terlihat dalam pandangannya."
"Sudah ku katakan bukan, jangan menyerah! Mereka bisa bahagia di atas penderitaan mu. Lalu kenapa, kau tidak membalas mereka dengan sebuah ucapan selamat yang tidak akan mereka lupakan seumur hidup."
"Aku tidak bisa. Aku terlalu mencintainya hingga takut ada setetes air matanya yang jatuh."
"Jadi kau akan membiarkan air matamu yang jatuh. Begitu?"
Dia mengganguk. "Mungkin itu lebih baik."
"Dasar. Cinta itu omong kosong. Tidak ada kebahagian yang nyata. Salah satu akan terluka dan tersakiti."
"Aku tahu itu. Tapi cinta juga yang mengajariku untuk menjadi tangguh meski terluka dan tersakiti berkali-kali."
"Bodoh."
Pria yang mengaku sebagai pamannya itu mendengus sinis lalu pergi dari hadapannya. Percuma saja mempengaruhi otak dangkal milik ponakannya.
"Dasar pengemis cinta."
Yuda duduk di samping ranjang Nindi ketika Aldo melakukan tugasnya memeriksa keadaan perempuan itu. Dia sedikit gemetar ketika setiap gerakannya terus diamati oleh pria yang menjadi atasannya di rumah sakit itu.
"Keadaannya sudah membaik. Hanya perlu lebih banyak beristirahat lagi."
"Hn."
Aldo menggaruk kepalanya lalu memberikan resep obat kepada tante Aini yang juga berada di dalam kamar putrinya.
"Kalau begitu saya permisi, tante, Nindi. Emmm.. Pak Yuda." Aldo sedikit canggung ketika menyebut nama Yuda. Pria itu terlalu diam hingga tidak ada respon yang keluar dari bibirnya.
"Biar Yuda yang mengantar Aldo. Sekalian mau nebus obat Nindi." Yuda bangkit dan berjalan ke luar kamar bersama Aldo diikuti tante Aini.
Setelah kepergian dua orang itu tante Aini kembali masuk ke kamar. Melihat putrinya yang lebih baik dari sebelumnya.
"Ma."
"Iya sayang." Dia mengusap sayang rambut putrinya. "Kenapa?"
"Ka Yuda mana?"
Wanita itu tersenyum mendengar pertanyaan Nindi. Pria itu sudah memiliki tempat tersendiri dihati Nindi. Meskipun sikap dan raut wajahnya datar dan irit bicara namun siapa sangka perhatian yang diberikannya sebagai kakak sepupu Nindi telah menancap kuat dihati adik sepupunya.
"Ka Yuda lagi nebus obat kamu. Kamu senang ka Yuda di sini?"
"Emm.. Ka Yuda baik. Nindi merasa punya kaka. Nindi sayang ka Yuda. Nindi mau ka Yuda juga sayang Nindi seperti menyayangi Namira. Nindi ingin ka Yuda menjaga Nindi seperti menjaga Namira."
Aini terpaku mendengar pengakuan putri satu-satunya.
"Iya sayang. Ka Yuda juga sayang Nindi. Dia akan menjaga Nindi sama seperti menjaga Namira."
Tanpa mereka sadari pria yang menjadi objek pembicaraan itu mendengar dan melihat interaksi keluarga barunya itu.
"Kaka akan jagain dan menyayangi kamu sama seperti yang kaka lakukan pada Namira." Bisiknya pelan pada daun pintu yang tak tertutup rapat.
Hermawan menatap putranya yang akhir-akhir ini terlihat banyak beban yang dipikulnya. Menjalani peran sebagai seorang kaka sekaligus menjadi pemimpin di rumah sakit benar-benar menguras tenaga dan pikirannya. Ditambah lagi dengan keberadaan Zaga, pria yang menajadi musuh besar keluarga Rajasa itu. Masih bergentayangan di sekitar mereka.
"Mama terus nanyain kamu. Kamu pulang ya, kamu juga butuh istirahat."
Meskipun Yuda sudah dewasa namun kedua orang tuanya terutama mamanya sangat memperlakukannya dengan manja. Menjadi satu-satunya tiang utama di keluarga Rajasa membuat pria itu selalu mengedepankan keluarganya dibanding dirinya sendiri.
"Sebentar lagi, pa. Masih ada yang harus Yuda kerjakan."
"Jangan lupa istirahat. Papa dan mama ga mau kamu sakit." Tangan besarnya itu mengacak rambut putra satu-satunya. Dalam hati dia juga tersiksa melihat Yuda berusaha melakukan semuanya tanpa harus melibatkan dirinya. Yuda selalu mengatakan anak laki-laki tidak boleh manja. Harus kuat agar bisa menjadi pelindung bagi keluarganya. Terutama untuk adik-adiknya.
***(((tbc)))***
Yogyakarta, 22 April 2019
#prayfor_Sri Lanka

KAMU SEDANG MEMBACA
KARMA [TAMAT]
RomansaDI UNPUBLISH SEBAGIAN PART. CERITA INI SEDANG DIREVISI SECARA BERTAHAP. MOHON MAAF UNTUK TYPONYA. HARAP BERSABAR. EYD acak adul, amburadul. Harap paham hehehee. MOHON BERSABAR DALAM MEMBACANYA, KARENA CERITA ADALAH SALAH SATU YANG TYPONYA MINTA...