KARMA 23

1.9K 87 24
                                    

Kenapa masa lalu itu selalu berhasil mengusik masa depan? Pada hal mereka hadir diwaktu berbeda.

RiyanaSabaku





Memiliki keluarga yang lengkap. Menjadi seorang kakak. Menjadi kebanggaan keluarga. Hidup berkecukupan bahkan lebih. Memiliki istri yang cantik dan sebentar lagi akan memiliki seorang anak, membuat Bintang mengucapkan ribuan syukur atas nikmat yang diberikan Allah padanya.

Dengan mengecup dahi Namira yang tertidur lelap dalam pelukkannya, membuat hidupnya terasa lebih dari cukup. Ternyata memang benar, jika jodohmu direstui orang tua maka kebahagiannya adalah hal yang akan selalu berada disisimu. Meski awalnya dia menolak pernikahan itu, namun pada akhirnya dia menjalaninya juga. Dan sekarang dia tidak pernah menyesal mengikuti semua keinginan orang tuanya, terutama papanya. Mulai dari menjadi seorang dokter sampai menikahi Namira adalah keinginan papanya. Dan semua tidak ada yang Bintang sesali, karna sekarang dia menyadari hidupnya semakin berguna dengan menjadi seorang dokter. Dia bisa menolong banyak orang dengan kemampuannya.

"Tumbuh yang sehat sayang. Ayah akan selalu menjaga kamu dan bunda. Kalian segalanya bagi ayah." Bintang mengusap perut Namira. Mengecup kening Namira lalu ikut memejamkan matanya. Besok mereka akan pulang setelah tiga hari berlibur.

Rara merutuki dirinya yang tidak menggunakan supir ke kampus. Biasanya gadis itu selalu membawa supirnya meski dalam keadaan hampir terlambat sekalipun. Lihat lah sekarang. Mobilnya mogok dan dia tidak tahu caranya memperbaikinya. Menelpon berulang kali papa dan mamanya agar menjemput dirinya, namun tidak ada satu pun panggilannya yang mereka jawab. Ingin menelpon Nindi tidak mungkin, sahabatnya itu sedang galau berat karena Bintang dan Namira sedang berlibur berdua.

Suasa sepi di sekitaran jalan membuat Rara memilih berdiam diri di dalam mobilnya.

Bukk.. Bukk.. Bukk..

Tiba-tiba kaca mobilnya dipukul dengan keras oleh beberapa orang yang dia tidak kenal.

"Woe. Keluar!"

Prang....

Rara menangis. Menutup kedua telinganya dengan tangan. Ya Allah, tolong Rara. Mama. Papa. Rara takut.

Kaca mobil dipukul hinga pecah. Dengan paksa Rara di keluarkan.

"Serahin duit lo!!"

Rara hanya menangis. Tidak tahu lagi harus berbuat apa.

"Gue ga suruh lo nangis. BEGO!!!!" Mendapat teriakan keras dan umpatan kasar itu membuat Rara meringkuk di samping mobilnya.

"Bro, kaya juga ni cewe." Salah satu teman pria yang menahan Rara itu tersenyum puas melihat korban mereka kali ini ikan kakap. Tangkapan yang hebat, pikirnya.

"Ayo! Buruan cabut. Sebelum ada warga yang liat kita."

"Masih ada yang kurang."

"Apa lagi?" Pria bertubuh sedikit pendek itu melangkah mendekati Rara. Tatapannya seperti harimau lapar setahun. Kedua temannya hanya memperhatikan dirinya.

Tangannya terangkat menuju leher Rara. Mendekati objek yang menarik perhatiaannya sedari tadi. "Kalung lo pasti lebih berharga dari isi dompet lo!" Rara tersentak kaget. Secepat mungkin dia menepis kasar tangan pria itu. Kalung itu benda berharga miliknya. Lebih berharga dari nyawanya. Kalung itu satu-satunya identitas Rara.

"Oke. Jadi lo mau main kasar ya? Gue ladenin." Kedua temannya sudah tertawa melihat tingkahnya. Seperti orang kurang kerjaan.

Rara memberanikan diri dengan sekuat tenaga gadis itu menendang tepat di alat vital pria itu. Mengambil kesempatan ketika pria itu lengah Rara segera berlari.

KARMA [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang