Hari persalinan Namira pun semakin dekat, wanita itu lebih banyak menghabiskan waktu dengan berjalan-jalan kecil di lorong rumah sakit. Dan Bintang selalu menemaninya setiap saat.
Nindi berusaha menyingkirkan perasaan itu, dia harus move on dari Bintang biar bagaimana pun kisah mereka sudah berakhir. Di tangannya sebuah rantang dan keranjang buah yang sudah dia persiapkan dari tadi pagi bahkan sampai harus bangun pagi-pagi buta hanya untuk memasak makanan kesukaan sepupunya, Namira.
"Hai." Sapa Nindi canggung.
Berbeda dengan Namira, wanita itu langsung melepas pegangan Bintang di tangannya dan langsung memeluk Nindi. Nindi sempat kewalahan menahan bobot tubuh Namira jika Bintang tidak segera mengambil barang bawaannya.
"Hati-hati Na. Kalo tadi jatoh gimana?" Nindi meringis melihat wajah panik Bintang saat Namira tanpa aba-aba memeluknya. Saat itu dia sadar diri bahwa mungkin sedikit saja kenangan mereka sudah tidak ada lagi yang tersisa meski hanya untuk kenangan.
"Maaf, aku terlalu senang kamu mau datang jenguk aku dan bawa makanan banyak." Ucapan tulus itu membuat Nindi merasa memiliki hidup yang berbeda dari yang dulu.
"Iya Na. Kata mama Ayu, eh maksud aku, tante Ayu. Kamu suka ikan Gurame bakar jadi aku buat itu." Nindi merasa bodoh ketika menyebut tante Ayu dengan sebutan mama.
"Jangan bilang tante, bilang aja mama. Kan mama aku juga mama kamu. Iya kan, ka?" Namira menatap Bintang meminta persetujuan.
"Iya sayang." Rasanya Nindi ingin sekali bilang, kalo kaya gitu Bintang juga suami aku kan kita saudara. Tapi semua tidak mungkin. Baginya, Bintang dan Dia hanya masa lalu cukup sampai di situ karna semua sudah usai cerita mereka.
Bintang menggeleng kepalanya melihat Namira melahap habis makanan buatan Nindi. Pria itu hanya duduk sambil membantu memisahkan daging ikan dari tulangnya. Nindi tidak pernah melihat Bintang sebegitu seriusnya melayani Namira yang makan. Bahkan saat masih pacaran pun dia tidak pernah mendapat perlakuan seperti itu. Mungkin benar kata orang, bahwa cinta yang halal jauh lebih indah dan berwarna dari pada yang belum halal.
"Enak banget masakan kamu, besok-besok aku mau belajar masak. Boleh yah?"
"Boleh," jawab Nindi. Dia begitu senang dan bahagia mendapati Namira ternyata bisa menerima dia dan masa lalunya tanpa rasa cemburu sedikit pun. Pantas saja Bintang begitu menyayangi Namira dan dengan cepat melupakan Nindi.
"Makan jangan sambil ngomong, Na," kata Bintang. Yang dibalas Namira dengan tawa pelan.
"Kita berdua adalah lembaran lapuk yang terlupakan. Tertelan waktu dan tertimbun kenangan."
Nindi to Bintang
*******(((tbc)))*******
Yogyakarta, 5 Mei 2019
![](https://img.wattpad.com/cover/169393163-288-k566462.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
KARMA [TAMAT]
RomanceDI UNPUBLISH SEBAGIAN PART. CERITA INI SEDANG DIREVISI SECARA BERTAHAP. MOHON MAAF UNTUK TYPONYA. HARAP BERSABAR. EYD acak adul, amburadul. Harap paham hehehee. MOHON BERSABAR DALAM MEMBACANYA, KARENA CERITA ADALAH SALAH SATU YANG TYPONYA MINTA...