KARMA 4

4.7K 191 14
                                    


#versibaru25mei2021




Bulan bukan satu-satunya benda langit yang bisa menerangi malam. Tapi, bulan satu-satunya satelit yang dimiliki bumi.





Bintang berusaha sabar menghadapi Namira. Istrinya itu dari pertama menyandang gelar Nyonya Bintang Adi Yaksa hingga saat ini kerjaannya hanya menangis saja. Bintang heran sudah berapa banyak liter air mata yang keluar dari gadis itu. Dia memilih keluar untuk mencari udara segar agar pikirannya bisa lebih jernih dalam berpikir.

Saat ini keduanya sudah tinggal di rumah mereka sendiri. Itu adalah cara terbaik agar terbebas dari aturan dan segala macam petuah keluarga mereka. Tangisan Namira semakin menjadi-jadi sejak dia membaca surat pemberian Riko yang diselipkan bersama hadiah pernikahannya. Ya, Riko memberikan sebuah gantungan kunci berbentuk hati. Sayangnya bentuk hatinya itu sudah tidak utuh lagi.

Dear Namira

Hai Na, mungkin ini terlihat jadul..

Tapi percayalah, aku sudah mencoba untuk menuangkan semua isi hatiku melalui surat ini.

Na, aku cinta sama kamu.

Jujur, kamu perempuan yang bisa membuat aku selalu merasa bahagia dan nyaman meskipun aku mempunyai segudang masalah dalam hidupku.

Kamu perempuan kedua yang berharga dalam hidupku, setelah ibu aku.

Na, jangan marah. Jangan benci sama aku.

Aku tahu, kamu sakit hati karena aku tidak bisa berjuang untuk mempertahankan kamu.

Jujur Na, aku kecewa dan marah sama diriku sendiri. Kenapa aku gak bisa memperjuangkan kamu?

Aku takut Na, takut kamu tidak bisa hidup susah bersamaku.

Takut kamu tidak bisa makan enak seperti di rumahmu.

Takut kamu tidak bisa tidur nyenyak seperti di rumahmu.

Aku takut Na, takut kamu kekurangan jika hidup dengan pria sepertiku.

Karena terlalu takutnya, hingga aku menyerah. Menyerah pada takdir untuk melepaskan kamu menjadi milik orang lain.

Maafkan aku, Na. Aku tahu, aku egois karena mementingkan diri sendiri.

Padahal aku tahu, kamu bukan tipe perempuan yang akan mengeluh jika harus hidup susah bersamaku.

Sekali lagi Na, maafkan aku.

Maafkan aku yang ikut serta menambah luka dihati kamu.

Maafkan aku yang membuatmu harus hidup selamanya bersama orang yang tidak kamu cintai.

Maafkan aku yang dulu pernah mengukir janji sehidup semati, namun nyatanya aku yang mengingkari janji itu.

Maafkan aku jika dulu pernah membuatmu menaruh harap padaku, jika pada akhirnya yang kuberikan hanyalah harapan palsu.

Maafkan aku jika dulu aku pernah bilang, bahwa kamulah yang akan menjadi pendamping hidupku, ibu dari anak-anakku. Tapi pada akhirnya kamu justru menjadi pendamping hidup Bintang dan menjadi calon ibu dari anak-anaknya.

Maafkan aku, maafkan aku untuk semua luka yang aku berikan untukmu.

Maafkan aku jika aku melepasmu untuk orang lain.

Maafkan aku dan terima kasih untuk semua kenangan dan cinta tulus yang kamu berikan untukku.

Dari Riko Almahendra, pria pengecut yang sangat tulus mencintaimu. Doaku selalu menyertaimu, berbahagialah bersama Bintang.

Namira menangis sekeras-kerasnya bahkan memukul-mukul dadanya yang terasa sesak untuk bernapas.

Kenapa takdir sangat kejam padanya?

Setelah menangis berjam-jam, Namira merasa kepalanya pusing akibat terlalu banyak menangis. Namira berusaha bangkit dari sofa sambil tertatih menuju ranjangnya. Namun belum sempat mencapai tempat tidur tubuhnya jatuh dan kepala Namira membentur meja samping tempat tidur hingga kepalanya mengeluarkan darah.

Dalam sisa kesadarannya Namira berharap jika Tuhan segera mencabut nyawanya agar dia terbebas dari seluruh rasa sakit yang menghujaminya secara terus-menerus. Akan tetapi, harapan Namira tidak terlaksana. Sebelum matanya benar-benar tertutup dia bisa melihat Bintang yang berlari menghampirinya dan berteriak memanggil namanya.


***


Bintang duduk melantai di depan ruang UGD menunggu dokter yang menangani Namira. Tatapannya kosong begitu juga bibirnya yang sejak tadi bungkam, pikirannya kembali pada saat dia menemukan Namira sudah tak sadarkan diri dengan darah yang keluar dari kepalanya. Bintang menyalahkan dirinya sendiri, seandainya dia tidak pergi ke luar Namira tidak akan mengalami kecelakaan ini. Setidaknya dia bisa mendengarkan keluh kesah istrinya. Nasib mereka berdua memang sangat menyedihkan.

"Bintang." Bintang mendongak, menatap mama dan ibu mertuanya yang menghampirinya dengan wajah khawatir dan cemas. Hal itu semakin membuatnya merasa bersalah. Belum genap seminggu pernikahannya dan Namira, dia sudah gagal menjaga istrinya.

"Sayang, Namira pasti baik-baik saja. Kamu harus percaya."

Bintang masih terdiam di tempatnya, dia pun bingung apa yang sebenarnya harus dia katakan. Semua ini terjadi di luar kendalinya. Jantungnya bergemuruh dan air matanya jatuh dengan bebas. Tiba-tiba rasa takut menyerangnya, dia ... takut kehilangan Namira.

"Namira, Ma," gumam Bintang sambil menangis dalam pelukan mamanya, "Namira, Ma." Bintang terus-menerus mengucapkan nama istrinya. Perasaannya sangat kalut, dia bahkan memeluk mamanya dengan sangat erat berusaha menyembunyikan ketakutannya.

"Sssttt.... Jangan berpikir yang tidak-tidak. Namira akan baik-baik saja. Ada Yuda dan papa Hermawan yang akan mendonorkan darah mereka untuk Namira." Anita berusaha menenangkan anaknya. Dia tahu Namira kehilangan banyak darah akibat lukanya terlalu dalam hingga mengeluarkan banyak darah.

Ayu ikut menenangkan Bintang. Ibu mertuanya itu terenyuh melihat Bintang benar-benar takut kehilangan Namira dan terus menyalahkan dirinya atas apa yang terjadi pada Namira.

"Namira gadis yang kuat, dia pasti bisa melalui semua ini."

"Maafkan Bintang, Ma. Semua ini salah Bintang. Jika saja Bintang tidak pergi ke luar Namira tidak akan seperti ini."

Ayu menggeleng, tidak setuju dengan perkataan menantunya. "Bintang, ini bukan salah kamu. Kamu dan Namira memang butuh ruang untuk bisa menenangkan diri sejenak." Bintang semakin menunduk dia merasa sangat kekanak-kanakan, untuk hal seperti ini saja dia harus dinasihati mama dan mertuanya.

Seandainya papa dan papa mertuanya mempunyai pemikiran sama seperti kedua istri mereka, pasti semua ini tidak akan serumit ini. Namun, semua tinggal harapan, karena Bintang sadar itu sangat tidak mungkin mengingat betapa keras dan batunya kedua pria itu.


















***(((bersambung)))***

Jangan lupa tinggalkan jejak ;)


KARMA [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang