♬ Sebelas ♬

2K 309 17
                                    

"Mana? Gak ada apa-apa," ujar Deven setelah melihat jendela yang ditunjuk oleh Nashwa.

Nashwa pun berkata dengan meyakinkan. "Aku ngeliat sesuatu tadi. Coba deh kamu cek ke sana!" pintanya.

Refleks Deven menggeleng. "Gak mau ah!"

"Loh, kenapa? Kamu takut?"

Takut? Mendengar kata itu, Deven malah merasa tertantang untuk masuk ke dalam. "Aku gak takut," elak Deven. Tanpa pikir panjang lagi, si anak lelaki itu langsung membuka pintu di sampingnya lebar-lebar.

"Liat nih, aku akan buktiin kalo di dalem tuh gak ada apa-apa," lanjut Deven.

Kini Nashwa hanya bisa menghela napas. Ia baru tahu, bahwa selain jahil ternyata Deven juga orang yang sok berani.

"Ya udah, silahkan." Nashwa mempersilakan Deven melangkah masuk. Sedangkan ia sendiri memilih diam di tempat, sambil melipat tangannya di depan dada.

Perlahan, Deven berjalan memasuki kelas yang menyeramkan itu. Suasananya lumayan gelap, seperti tak ada pencahayaan yang masuk. Meja dan kursi tak tersusun rapi, bahkan hiasan dinding pun banyak yang terkelupas.

Belum genap semenit Deven berada di sana, tiba-tiba pintu di belakangnya tertutup kencang.

BRRAAAKK!

"NASHWAAA!" Sontak Deven berteriak. Tubuh mungilnya langsung berlari dan menggebrak-gebrak pintu. "NASHWA! BUKA! AKU TAKUT! NASHWA!"

Sementara itu, Nashwa dan Raisya yang menahan pintu dari luar, sedang berusaha untuk tidak bersuara sama sekali.

Raisya, gadis berhijab--yang kental dengan logat Jawa--itu sebetulnya sedari tadi mengikuti Nashwa dan Deven dari belakang. Sesuai rencana, setelah Deven memasuki kelas kosong, Raisya dan Nashwa harus menutup pintunya.

"NASHWA, BUKA WAAA!" Keringat Deven sudah mengalir deras. Ia benar-benar ketakutan saat ini. "Waaa ...," lirihnya, "aku takut gelap."

Gelap. Mungkin di mata teman-temannya, Deven adalah anak yang pemberani. Tapi sayangnya mereka tak tahu kalau Deven memiliki phobia terhadap gelap.

"HUAAAA!!!"

Kemunculan dua sosok makhluk di dekatnya membuat Deven lagi-lagi berteriak.

"PERGI KALIAN! PERGI!"

Sedikit demi sedikit, tubuh Deven melemas. Ia hanya mampu terduduk, bersandar pada pintu sambil menutupi wajahnya yang berlinang air mata.

Di saat itulah, kedua sosok yang diduga hantu tersebut tertawa puas. Merasa kenal dengan suara tawa mereka, Deven lantas mendongak.

"Joa? Gogo?"

🎶

Bersambung ....

(29/12/2018)

Mimpi BersamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang