Sedari tadi Deven tak henti-hentinya mengikuti Anneth. Perilakunya itu tentu saja membuat Anneth merasa terganggu. Padahal seisi kelas juga tahu kalau Anneth lebih senang menyendiri.
Langkah Anneth mendadak berhenti di tengah-tengah koridor. Ia berbalik lalu menatap sinis ke arah Deven. "Ngapain sih kamu ngikutin aku terus?" tanya Anneth kesal.
"Anneth, kamu masih marah?" Deven malah balik bertanya dengan tampang polosnya.
Huh! Memang harus ekstra sabar jika menghadapi Deven. Tapi maaf, Anneth tidak sesabar itu.
Sebelum menjwab, Anneth mendengus kasar. "Ya iyalah. Gara-gara kamu duduk bareng aku, Gogo jadi ngira kalo aku yang ngehasut kamu biar ngejauhin dia!"
Mendengar omelan Anneth, Deven pun berucap pelan, "Ya maaf."
Anneth kembali berbalik, ia berjalan menuju sebuah bangku panjang di depan salah satu kelas. "Minta maafnya sama Gogo aja sana!" titah Anneth seraya melangkah cepat.
Suara Anneth yang cukup kencang rupanya menjadi sumber perhatian. Murid-murid lain yang ada di koridor lantas menatap Anneth keheranan. Gadis itu jadi semakin kesal sekarang.
"Kok Gogo?" Deven masih mengikuti Anneth dari belakang.
Seraya mendudukkan diri di bangku, Anneth berujar, "Ya iya. Tadi kan kamu udah marah-marah sama dia."
"Tapi wajar kan aku marah? Aku gak suka kamu dituduh-tuduh kayak gitu sama Gogo." Deven ikut duduk di samping Anneth, punggungnya ia sandarkan pada dinding.
Ada sedikit rasa bersalah di hati Deven. Akibat tingkahnya, Anneth jadi kena imbas. Padahal gadis itu tidak ada kaitan apapun dengan permasalahannya.
"Aduh Deven! Mendingan sekarang kamu minta maaf ke Gogo, terus berdamai. Kalo kalian damai kan, aku juga bebas dari tuduhannya Gogo."
Anneth berdecak pelan. Ia saat ini sedang tidak mood bermain handphone, padahal bunyi notifikasi di HP-nya sudah berisik sejak tadi.
Sekarang, yang Anneth inginkan hanyalah menumpahkan segala kekesalannya kepada Deven.
"Gak mau ah, dia nyebelin."
"Hah?!" Jawaban Deven sontak membuat kekesalan Anneth bertambah dua kali lipat. "Ih, dasar bocah! Terserah kamu deh!" sentaknya.
Deven menghela napas sejenak. Ia merasa semua orang membencinya sekarang. Mungkin benar kata Anneth, Deven harus berubah dan mulai meminta maaf.
"Ya udah iya, nanti aku minta maaf sama dia," ucap Deven dengan kepala yang menunduk pasrah.
Seulas senyum langsung disunggingkan Anneth. "Nah, gitu dong! Kenapa gak dari tadi aja sih!" gerutunya.
Tak menjawab, Deven hanya melirik Anneth sekilas. Sementara Anneth mulai meraih handphone-nya dari kantong seragam sambil tersenyum lebar.
🎶
Bersambung ....
(04/01/2019)
KAMU SEDANG MEMBACA
Mimpi Bersama
Fanfiction[SELESAI] (13+) Tidak mudah menggabungkan sepuluh anak yang memiliki karakter berbeda untuk bisa tampil bersama di pentas aksi sekolah. Namun berkat bantuan Kak Iky dan Tante Oca, kelompok menyanyi kelas 8A akhirnya berhasil menampilkan aksi spektak...