♬ Sembilan Belas ♬

1.9K 308 9
                                    

Menjadi anak tunggal adalah sebuah kebahagiaan bagi Raisya. Ia bisa hidup bebas, tak ada gangguan dari adik maupun kakak. Kasih sayang orang tuanya pun tumpah hanya untuk dirinya seorang.

Namun tetap saja ada hal yang Raisya benci. Di saat orang tuanya sibuk bekerja, ia tentu akan sendirian di rumah, dan Raisya benci hal itu.

Raisya benci kesepian.

Seperti sekarang, tak ada hal lain yang ia lakukan selain menggambar sesuatu di meja belajarnya, sambil bersenandung riang.

Tiba-tiba suara handphone yang berdering membuat Raisya terkejut tak karuan. "Astagfirullahaldziim! Ngagetin aja kamu! Ndak tau apa, aku iki lagi nyantai?!" omelnya pada HP berwarna hitam tersebut.

Setelah mengetahui bahwa Nashwa yang menelepon, cepat-cepat Raisya mengambil HP itu lalu mengangkat panggilannya.

"Assalamu'alaikum, Nashwaaa!" sapa Raisya.

"Waalaikumsalam. Raisya, kamu lagi sibuk gak?" Suara lembut Nashwa pun terdengar.

"Owalah! Aku ndak sibuk kok. Ono opo toh, Nashwa sayang?" tanya Raisya sambil mengedip-ngedipkan mata genit. Padahal ia sendiri juga tahu, Nashwa tak mungkin bisa melihatnya.

"Eum, gini Sya. Aku kan tadi nelpon Mirai, aku pengen nanyain soal Gogo dan Deven. Tapi Mirai bilang, dia gak tau apa-apa. Terus dia malah nyuruh aku nanyain ke kamu. Kira-kira ... kamu tau gak, kenapa Gogo sama Deven bisa berantem?"

Tak perlu menelan banyak waktu untuk mencerna ucapan Nashwa. Dalam 5 detik pun Raisya langsung menjentikkan jarinya.

"Kamu bertanya kepada orang yang tepat, Nashwaaa!!! Tadi pagi, aku ini jadi saksi mata loooh!" ujar Raisya medok.

"Serius? Tapi bisa dipercaya, kan?"

"Lha iyo! Semua informasi dariku terjamin kualitasnya."

Dari balik telepon, Nashwa tertawa cekikikan. Meski pelan, namun Raisya masih dapat mendengarnya.

"Ya udah, coba cerita," pinta Nashwa.

Raisya berdeham. "Jadi gini loh, tadi di kelas kan cuma ada aku, Gogo, sama Anneth. Biasa tuh, si Anneth lagi maen HP, Gogo lagi nyanyi-nyanyi sendiri. Nah, aku kan anak rajin, jadi aku di kelas baca buku sambil nungguin Mirai. Muehehe."

"Nungguin Putri juga?"

"Ndak, weh! Ngapain aku nungguin anaknya Mak Lampir?"

Lagi-lagi Nashwa tertawa. "Oke, oke, lanjut!"

"Nah, terus Deven dateng, dia duduk di pinggir Anneth. Tiba-tiba Gogo nyamperin Deven. Gogo nanya, 'kamu kenapa sih gak mau sebangku sama aku?' gitu katanya. Terus Deven jawab, 'suka-suka aku'.

'Kamu masih marah sama aku? Aku kan udah minta maaf', kata Gogo. Devennya jadi diem tuh kan. Kalo Anneth sih masih maen HP, kayak ndak peduli gitu.

Terus Gogo malah bilang, 'Apa gara-gara Anneth ya?' Baru deh Anneth ngelirik Gogo, 'Apaan sih!' gitu katanya. Kalo aku sih cuma diem ngeliatin mereka.

Gogo bilang ke Anneth, 'Kamu kan, yang ngehasut Deven biar duduk sama kamu! Biar dia ngejauhin aku!' Nah, abis gitu, Deven baru berdiri, dia ngegebrak meja. Kayak jagoan-jagoan gitu loh! 'Maksud kamu apa?!' kata Deven.

Gogo bales ngebentak, 'Kamu ngejauhin aku gara-gara Anneth, kan?!'

Abis itu baru deh mereka berantem.

Terus Wa, aku liat Anneth-nya nangis, dia lari keluar kelas. Di kelas mulai rame deh tuh. Mirai sama Putri juga udah dateng, tapi ndak ada yang berani ngelerai. Sampe akhirnya kamu dateng deh."

Keheningan pun terjadi. Raisya tidak tahu apa yang Nashwa pikirkan saat ini.

🎶

Bersambung ....

(05/01/2019)

Mimpi BersamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang