♬ Dua Belas ♬

2K 319 24
                                    

Cepat-cepat Deven mengusap air matanya. "Kalian ngerjain aku?" tanya Deven.

Tawa Joa pun berhenti. Rambut panjang yang semula diuraikannya ke depan, kini ia ikat kuncir, menampakkan senyum manis yang menyiratkan rasa puas.

"Gimana Deven? Enak gak rasanya dijahilin? Gak enak, kan? Itu yang selama ini kita rasain!" ucap Joa sedikit membentak.

Gogo maju selangkah kemudian berkata, "Deven, kamu inget kan, dulu kamu pernah ceburin aku ke kolam? Kamu bilang, cowok itu jangan lemah! Masa gitu aja nangis?" Gogo menirukan gaya bicara Deven sambil melepas kain putih yang membalut tubuhnya.

"Sekarang apa?" lanjut Gogo, "kamu sendiri juga nangis kan, dikerjain kayak gini?"

Ucapan keduanya berhasil membuat Deven terdiam. Deven akui, ia memang sering menjahili Joa dan Gogo, tapi Deven sama sekali tak menyangka bahwa mereka akan membalas perbuatannya.

"Terus mau kalian apa?!" Deven segera bangkit kemudian menatap Joa dan Gogo dengan tatapan menantang, meski tak bisa dipungkiri kaki Deven masih gemetar karena ketakutan.

Joa berdecak. "Aduh, Deveeen! Kita cuma pengen kamu minta maaf dan janji, kalo kamu tuh gak akan ngejahilin siapa-siapa lagi."

"Setuju!" sahut Gogo.

Akhirnya Deven pun pasrah. "Ya udah! Ya udah! Aku minta maaf deh!" ujarnya.

Seraya berkacak pinggang, Joa menggeleng. "Bukan cuma ke kita, tapi ke semua orang yang pernah kamu jahilin."

"Apa?!"

Tak sengaja, pintu yang ada di belakang Deven tiba-tiba terbuka. Hal itu membuat semuanya mendadak menoleh ke arah pintu.

"Nashwa? Raisya? Jadi kalian semua sekongkol?!"

Terlihat dua gadis berhijab yang sedang menunjukkan cengiran kuda.

Amarah Deven meluap-luap sekarang. Dengan cepat ia berjalan keluar dari kelas tersebut, meninggalkan keempat anak manusia yang tengah melongo keheranan.

Raisya bergumam, "Iku anak sopo, yo? Dinasehatin malah ngambek."

🎶

Bersambung ....

(29/12/2018)

Mimpi BersamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang