Mirai melangkahkan kedua kakinya menuju gerbang. Desahan pelan pun ia keluarkan setelah menoleh ke samping kanan dan kiri, tempat di mana Raisya dan Putri berada.
"Girls! Kalian masih marahan?"
Raut wajah masam yang ditampilkan oleh keduanya membuat Mirai jadi bertanya demikian.
Tak ada jawaban, sekarang si gadis berhijab itu kebingungan. Ia harus bagaimana lagi agar kedua sahabatnya bisa berdamai?
Namun kedatangan sepeda motor di depan gerbang membuat Mirai tiba-tiba memekik. Ayahnya sudah datang menjemput. Daripada merasakan aura buruk yang semakin menjalar, Mirai lebih memilih untuk pulang.
"Ah, whatever! Aku udah dijemput tuh. Bye!" pamit Mirai sambil berlalu.
Raisya cukup terkejut melihat Mirai yang tiba-tiba saja berlari, begitu pula dengan Putri. Namun keduanya masih sama-sama terdiam, seakan-akan suara mereka akan cepat habis jika dikeluarkan.
Raisya dan Putri tetap melangkah meski pelan. Mereka nampak sibuk dengan pikiran masing-masing, hingga akhirnya Nashwa datang dan mengambil tempat di bagian tengah. Seperti biasa.
"Hey! Mirai udah pulang, ya?"
"Iya," jawab Putri singkat.
Ada kerutan di dahi Nashwa, ia merasa ada yang aneh dengan sikap Putri. Gadis berkacamata di sampingnya itu terlihat jutek. "Kamu kenapa?" tanya Nahswa.
Sekilas Raisya dan Putri saling melempar lirikan. Nashwa yang menyadari hal itu lantas berseru, "Ooh, aku tau. Kalian masih mikirin yang tadi, ya? Astagfirullah, udah deh. Jangan dipikirin. Kalo kalian emang gak mau duet, ya gak papa. Kalian nyanyi masing-masing aja."
Merasa setuju dengan pendapat Nashwa, Raisya pun menyahut, "Iyo. Aku mau nyanyi sendiri aja. Tanpa suara cempreng si nenek lampir yang mengganggu."
"Apa kamu bilang?!" Refleks Putri mendelik tajam pada Raisya. "Yang cempreng itu siapa, hah?!"
"Sampean lah! Suara kamu tuh ndak wenak didenger."
"Sembarangan aja kalo ngomong!"
Gawat, pertengkaran akan dimulai lagi. Cepat-cepat Nashwa melerai. "Udah udah udaaaah!"
"Kalian gak usah berantem dulu," Nashwa melanjutkan, "mending kalian pikirin gimana caranya biar penampilan kalian sukses di pensi nanti."
"Tapi masing-masing," sambung Putri.
"Iya-iya." Nashwa tersenyum lebar.
🎶🎶🎶
Sesampainya di kamar, Joa langsung merebahkan diri di atas kasur. Ia memperhatikan langit-langit, tak pernah menduga bahwa handphone abu-abu miliknya akan berdenting.
Biasanya, handphone Joa selalu sepi dari notif. Tidak seperti handphone Anneth yang setiap waktu terdengar getaran. Alasannya sudah jelas, Anneth memiliki banyak teman di sosial media--yang senantiasa mengiriminya pesan.
Sedangkan Joa? Jangankan teman online, teman real life pun hanya sebagian saja yang memiliki kontak Joa. Apalagi gadis ini paling anti bermain sosmed.
Joa lantas meraih handphone tersebut dari dalam saku bajunya. Anneth, nama itu tertera di papan pemberitahuan. Rupanya si gadis bertanduk itu mengirimi Joa chat.
Anneth: Jo!
Setelah membaca pesan tersebut, Joa kemudian membalas.
Joa: Apa?
Tak harus menunggu lama, balasan dari Anneth pun kembali muncul.
Anneth: Kayaknya aku berubah pikiran deh.
Joa: Tentang?
Anneth: Aku mau duet sama kamu.
Joa: Serius?
Anneth: Iya.
Joa tertegun. Kini rasa kecewanya berganti menjadi gembira. Benar-benar aneh melihat Anneth berubah pikiran, Joa tidak mengerti ada apa dengan sahabatnya yang satu itu.
Namun satu hal yang pasti, ia merasa bahwa ini adalah sebuah keajaiban. Dan kesempatan ini tidak boleh disia-siakan.
Joa: Oke, besok pulang sekolah kita latihan di rumah aku. Soalnya Tante Oca juga besok mau ke sini.
Semenit kemudian ....
Anneth: Oke.
🎶
Bersambung ....
(15/01/2019)
KAMU SEDANG MEMBACA
Mimpi Bersama
Fanfiction[SELESAI] (13+) Tidak mudah menggabungkan sepuluh anak yang memiliki karakter berbeda untuk bisa tampil bersama di pentas aksi sekolah. Namun berkat bantuan Kak Iky dan Tante Oca, kelompok menyanyi kelas 8A akhirnya berhasil menampilkan aksi spektak...