♬ Tiga Puluh Enam ♬

1.4K 282 4
                                    

Pelajaran telah selesai, bunyi bel istirahat pun telah terdengar.

Bu guru Maia lekas membereskan buku-bukunya lalu berkata, "Sesuai dengan yang ibu bilang tadi, semua yang sudah mendaftar untuk bernyanyi akan menjadi satu kelompok. Sekarang, kalian ikut ibu ke kantor. Dan yang lainnya, selamat berisitirahat!"

Sebagian murid di kelas itu mendesah lega. Namun sebagiannya lagi hanya bisa berdecak, antara kesal dan bingung bercampur menjadi satu.

"Gimana nih, Neth?" tanya Deven pada Anneth.

Anneth sendiri malah mengedikkan kedua bahunya. "Udah, ikutin aja perintah Bu guru," ujarnya santai.

Mirai melangkah keluar, diikuti oleh Putri dan Raisya. Nashwa juga keluar dari kelas bergandengan dengan Charisa. Lalu Deven di bagian belakang, tangannya mendorong punggung Anneth. Sementara si gadis yang didorong tersebut sedang fokus membuka sosial media di HP-nya.

Ketika Gogo baru saja berniat meninggalkan kelas, ia menoleh ke arah Joa ketika menyadari bahwa sahabatnya yang satu itu masih terdiam, belum beranjak sama sekali dari bangkunya.

"Jo, ayo!" ajak Gogo.

Joa menggeleng pelan. "Kamu duluan aja."

Setelah beberapa detik terdiam, Gogo akhirnya mengangguk kemudian pergi. Kini hanya Joa yang berada di dalam kelas. Mimpinya untuk tampil di pentas aksi sepertinya sudah hancur. Dan Joa menyesal.

🎶🎶🎶

"Ibu gak mau tau, pokoknya kalian harus kompak dan menampilkan yang terbaik. Paham?" Bu guru Maia menatap kedelapan muridnya dengan tatapan tajam.

Tak ada gerakan lain yang ditunjukkan murid-murid di hadapannya tersebut, selain saling melirik satu sama lain.

"Gimana? Kalian yakin?"

Dehaman terdengar. Sebuah suara lantang pun keluar dari mulut Deven. "Yakin dong, Bu!"

Nashwa tersenyum kecil. Deven memang paling jago dalam urusan PeDe. Tak ada yang seberani itu di antara mereka. Sebaik-baiknya Bu guru Maia, Nashwa tahu, sedikit saja kesalahan berucap di depan guru itu, maka hukuman akan melayang.

"Bagus!" Bu guru Maia mengangkat sebelah telapak tangannya ke udara. Tanpa ragu-ragu Deven langsung memukulnya. Melakukan tos.

Kejadian ini terbilang langka. Bu guru Maia tidak pernah seakrab ini dengan murid-muridnya. Charisa, Putri, Mirai, dan yang lainnya pun langsung mengikuti apa yang dilakukan Deven.

Mereka semua bertos dengan Bu guru Maia lalu tertawa bersama. Wali kelas mereka itu juga ikut tertawa. Keadaan yang semula tegang, kini jadi menghangat.

Di balik itu, Anneth berbicara kecil di dalam hati. Ternyata Bu guru Maia tidak sekejam yang Anneth duga.

🎶

Bersambung ....

(06/02/2019)

Mimpi BersamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang