♬ Empat Puluh Satu ♬

1.2K 212 3
                                    

Baru saja Anneth sampai di pintu kelas, ia sudah disambut riang oleh Gogo, Mirai, Nashwa, dan yang lainnya.

"Neth! Gimana? Gimana?"

Anneth hanya memandangi teman-temannya tanpa bersuara sedikit pun. Namun tiba-tiba ada suara lain yang datang dari belakang Anneth. Siapa lagi kalau bukan Joa?

"Aku udah bilang sama Tante Oca, dan dia mau kok bantu ngelatih kita."

"Joa?" Gogo membulatkan mata, tak percaya bahwa Joa-lah yang datang.

Segurat senyum terukir di wajah Joa, gadis itu merangkul Anneth dan terkekeh pelan. Anneth pun ikut tersenyum lantas berkata, "Mulai sekarang, Joa juga anggota di tim kita!"

"Cius? Miapose?!" Tanpa aba-aba, Mirai langsung berhambur memeluk Joa, diikuti oleh Raisya dan Nashwa.

"Aku seneng banget Jo, kamu ikut gabung!" ucap Nashwa tak tertahan. Sementara di sisi lain, Charisa dan Putri hanya berdiam diri melihat mereka berpelukan.

Charisa tersenyum, berbeda dengan Putri yang tengah cemberut kesal. Padahal Putri ingin sekali ikut memeluk Joa, tapi kehadiran Raisya disana membuat ia malas ikut bergabung. Karena itu sama saja seperti Putri berpelukan dengan Raisya.

Sedangkan Gogo melempar lirikannya kepada Charisa. Mereka berdua senang karena Joa dan Anneth sudah akur. Di dalam hatinya Gogo berharap, semoga saja pertengkaran ini tidak akan terjadi lagi untuk yang kedua kalinya.

"Aku mending sekelompok sama Joa deh, daripada sama nenek lampir." Putri sengaja berujar kencang, dan hal itu berhasil membuat pelukan di tubuh Joa dan Anneth terlepas.

Tentu saja ujaran itu membuat emosi Raisya jadi naik. "Opo koe bilang?!" sentaknya.

"Kamu ngerasa tersindir?" balas Putri dengan senyuman sinis.

Gawat. Satu kata itu terlintas di benak Mirai, sehingga ia pun harus segera menghentikan perdebatan antara Raisya dan Putri sebelum ego keduanya semakin memanas.

"Ih, udah-udah! Emang perlu ya berantem tiap waktu?" tanya Mirai dengan nada kesal.

Di tengah diamnya Raisya dan Putri, Charisa berkata, "Temen-temen!" panggilnya, "Kak Iky juga mau bantuin kita. Tapi, dia bilang kita harus cari tempat latihannya. Soalnya rumah aku gak bisa dipake buat latihan."

Sebenarnya ada rasa bersalah yang terselip. Namun sahutan Raisya membuat hati Charisa berubah menjadi lega.

"Weh iku gampang! Rumah aku kan ada." Raisya menjentikkan jarinya penuh bangga.

"Seriusan boleh di rumah kamu?" Mata Charisa sontak saja berbinar. Bukan hanya Charisa, bahkan Anneth dan Joa juga memandangi Raisya dengan gembira.

"Iyo! Lha wong orang tuaku jarang ada di rumah. Kalo siang yo bebas."

"Aaah, jadi sayang Raisya."

Kini giliran Raisya yang dipeluk oleh semuanya. Tentu saja Putri tak termasuk hitungan. Gadis berkacamata itu lebih memilih untuk melipat kedua tangannya di depan dada, melontarkan tatapan kesal pada Raisya.

🎶

Bersambung ....

(17/02/2019)

Mimpi BersamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang