♬ Tiga Puluh Delapan ♬

1.3K 257 3
                                    

Semuanya sudah berkumpul di rumah Raisya, kecuali Anneth. Yang lainnya mulai mendesah risau karena Anneth belum datang juga.

Setelah cukup lama menunggu, suara ketukan pun terdengar. Cepat-cepat Raisya berlari menuju pintu bagian depan.

"Hai, Sya!" sapa Anneth disertai cengiran setelah pintu dibuka dari dalam.

"Hai juga," balas Raisya singkat, "cepet masuk, Neth! Yang lain wes nungguin sampean."

Anneth hanya mengikuti ucapan Raisya. Gadis itu melangkah masuk ke dalam rumah yang cukup luas tersebut. Raisya sendiri pun langsung mengikuti Anneth selepas ia menutup pintunya kembali.

"Maaf ya temen-temen, aku telat!" Anneth menghampiri semua kawannya yang sudah berkumpul di ruang televisi. Seketika Anneth mendengus, saat melihat posisi mereka yang bermacam-macam.

Ada yang sedang duduk santai, ada yang tertidur pulas, ada yang memeluk toples keripik, bahkan ada yang sedang merebutkan remote TV.

"Kamu kemana aja sih, Neth? Kok lama banget?" tanya Gogo masih dengan toples camilan di kedua tangannya.

Anneth menjawab, "Maaf ya, tadi aku disuruh bantuin ibu dulu buat beresin rumah."

Namun sayangnya, kedatangan Anneth tak juga membuat si anak lelaki bernama Deven terbangun dari tidurnya di sofa. Padahal yang lainnya mulai beralih posisi menjadi duduk melingkar di lantai.

Ketika Nashwa hendak membangunkan Deven, tiba-tiba Mirai mencegahnya. "Gak perlu, Wa," ucap Mirai, "biarin aja dia tidur. Lagian kalo dia bangun yang ada malah bikin rusuh."

Nashwa terkekeh pelan lalu mendudukkan diri di samping Charisa.

"Oke, jadi gimana? Ada yang punya usul?" tanya Anneth. Ia merasa bertanggung jawab dalam hal ini. Alasannya tentu saja karena ia adalah ketua murid di kelas mereka, mau tak mau Anneth harus bisa memimpin.

Sebelah tangan Charisa yang terangkat membuat semua menoleh ke arahnya. "Gini, kakak aku kan cukup paham di bidang menyanyi. Nah menurut aku, kita bisa latihan bareng kakak aku. Namanya Kak Iky. Nanti dia yang bantuin kita ngatur persiapannya."

"Aku setuju," Nashwa menyahut, "Kak Iky orangnya baik. Dia cukup sabar waktu ngajarin aku sama Charisa pas latihan kemarin."

Sejenak Anneth berpikir. "Oke, aku setuju. Yang lain gimana?" Ia lalu mengedarkan pandangan ke teman-temannya yang lain.

Hampir semuanya mengangguk setuju. Namun sebuah sanggahan dari Gogo membuat semuanya kembali memutar otak.

"Tapi kalo kakaknya Charisa yang ngelatih kita sendirian, kasian. Dia pasti keribetan. Ngurus 8 orang kan gak gampang. Lagian persiapan kita masih bener-bener nol."

Sementara Anneth, Nashwa, dan yang lain berpikir. Mirai malah melirik ke samping kanan dan kirinya, tumben sekali Raisya dan Putri tak bersuara--dalam artian mereka tak memulai perselisihan.

Mirai sedikit bersyukur, setidaknya kedua anak itu bisa tenang, meski mungkin hanya untuk kali ini saja. Karena jika sampai ada keributan, Mirai yakin diskusi ini tidak akan selesai.

"Mungkin kita bisa minta tolong sama Tante Oca," ujar Anneth pelan.

"Tante Oca? Siapa tuh?" Mirai bertanya seraya menautkan kedua alisnya.

"Tante Oca itu guru les vokalnya Joa. Nanti aku mau coba minta tolong sama dia buat ngajarin kita. Setuju gak?"

Mendengar usul Anneth, tentu saja mereka semua serempak menjawab, "Setujuuu!!!"

🎶

Bersambung ....

(12/02/2019)

Mimpi BersamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang