♬ Dua Puluh Sembilan ♬

1.5K 282 3
                                    

Jam istirahat pun tiba. Mirai, Raisya dan Putri langsung meluncur menuju tempat pendaftaran.

Namun, belum sampai langkah mereka ke tempat yang dituju, ketiga anak perempuan itu mendadak berhenti, ketika melihat meja pendaftaran telah dikerumuni banyak orang.

"Yah, penuh Mir," ujar Putri pada Mirai.

Raisya lantas menoleh. "Piye toh?"

Awalnya Mirai juga kebingungan. Tapi semenit kemudian, jarinya menjentik di udara. "Aku punya ide," ujar Mirai.

Dengan cepat ia berjalan menerobos kerumunan siswa-siswi tersebut. Raisya dan Putri yang tak tahu harus berbuat apa pun, langsung mengekor di belakang Mirai.

"TEMEN-TEMEN!" Teriakan Mirai cukup kencang. Semua yang mendengar refleks menoleh pada Mirai. "biar semuanya jelas, nyaman, dan kebagian masing-masing, mending kita semua antre."

Spontan Raisya dan Putri menyahut, "Setuju!!!"

Hanya saja beberapa detik kemudian, Raisya maupun Putri sama-sama menampakkan ekspresi sinis melalui lirikan mata. Akibat kecerobohan mereka yang baru saja berkata kompak. Padahal itu adalah hal terlarang menurut keduanya.

Kini murid-murid yang lain melontarkan tatapan heran pada Mirai, sedangkan Mirai sendiri hanya tersenyum. "Raisya, Putri," panggil Mirai, "kalian bantu aku ya buat rapihin barisannya."

"Wokeh, siap bosku!"

"Oke, Mir."

Mirai, Raisya dan Putri mulai merapikan barisan teman-teman mereka. Semua murid yang berkumpul disana pun patuh mengikuti perintah Mirai.

Hingga akhirnya, semua terlihat rapi. Dengan begini, Mirai tidak perlu berdesak-desakan hanya untuk mendapatkan formulir.

"Nah, kan kalo kayak gini enak diliat. Kita sebagai warga dunia harus membudayakan antre. Setuju gak Rai, Put?"

"Setuju!!!" sahut keduanya serempak. Dan lagi-lagi mereka berdua menyesal, karena telah kompak seperti itu.

Dua orang penjaga meja pendaftaran pun tersenyum tipis, merasa bangga melihat aksi Mirai, Putri, dan Raisya.

Sudah jarang sekali anak zaman sekarang yang mau menaati peraturan seperti antre. Semuanya hanya sibuk memikirkan ego masing-masing, bersembunyi di ketiak HAM-nya sendiri, tanpa peduli pada hak orang lain.

🎶

Bersambung ....

(22/01/2019)

Mimpi BersamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang