♬ Lima Puluh Satu ♬

1.1K 148 9
                                    

Selagi menunggu giliran kelompoknya tampil, Joa berdiri mundar-mandir tak tentu arah. Gogo yang melihatnya pun sampai dibuat kesal.

"Kamu ngapain sih, Jo? Mundar-mandir kayak gitu, emangnya gak capek apa?"

Joa berbalik. "Kok aku deg-degan ya, Go?" tanyanya seraya meremas-remas kedua tangan. Telapak tangannya basah, pertanda bahwa Joa benar-benar gugup saat ini.

"Santai aja kali!" Gogo melipat kedua tangannya di depan dada. Tak luput seulas senyum pun terukir, lucu rasanya melihat Joa yang seperti ini. Maklum saja, biasanya yang Gogo lihat adalah Joa yang galak, bukan Joa yang gugup.

Decakan halus terdengar. "Ya kamu sih enak ngomong gitu, kamu kan udah sering nyanyi di panggung. Gak kayak aku."

Huft, masih galak ternyata.

"Eh! Udah-udah! Jangan ngobrol mulu!" Suara cempreng menginterupsi mereka, dan jujur saja, yang ini lebih cempreng dari suaranya Raisya.

Siapa lagi kalau bukan Lifia? Si gadis kecil itu berseru lantang, "Sebentar lagi kan giliran kita. Daripada kalian semua sibuk ngobrol, mending kita baca doa bareng-bareng."

Mendengar hal itu, Mirai pun menyenggol lengan Putri lantas berkata pelan, "Sepupu kamu pinter juga." Putri hanya tersenyum tak membalas ucapannya.

Semuanya lalu mendekat ke arah Lifia. Mereka membuat suatu lingkaran. Dipimpin oleh Anneth, kesepuluh anak itu berdoa dengan kepercayaan masing-masing.

Tak lama kemudian ....

"AAMIIN!!!"

Baru saja mereka selesai memanjatkan doa, tiba-tiba suara panggilan dari speaker membuat semuanya terdiam.

"Mari kita sambut penampilan selanjutnya, kelas 8A dengan lagu Mimpi Bersama!"

🎶

Bersambung ....

(18/03/2019)

Mimpi BersamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang