♬ Tiga Puluh Tujuh ♬

1.4K 254 5
                                    

Sebelum pulang, Anneth dkk memutuskan untuk berdiskusi terlebih dahulu di kelas. Permasalahannya cukup rumit. Apa yang terjadi saat ini, sama sekali tidak sesuai dengan rencana mereka masing-masing.

Anneth, Deven, Gogo, Charisa, Nashwa, Mirai, Putri, dan Raisya. Para remaja tersebut tengah duduk melingkar di lantai--seperti kebiasaan Mirai, Raisya dan Putri setiap pagi-- dan hal yang dibahas kali ini tentunya mengenai pentas aksi.

Charisa mendesah kecewa, padahal persiapan yang ia miliki untuk berduet dengan Nashwa sudah sangat matang. Namun hal itu berubah sia-sia, ketika mendapat kabar bahwa ia harus bernyanyi dalam sebuah kelompok. Charisa yakin, ini akan jauh lebih sulit.

Bukan hanya Charisa, bahkan Putri juga merasa tidak rela jika dirinya harus berkelompok seperti ini. Alasannya sudah jelas, di kelompok itu ada Raisya. Tentu saja Putri merasa tidak suka. Padahal teman-temannya saja tahu, Putri dan Raisya tidak akan cocok jika digabungkan dalam hal apapun.

Namun berbeda dengan yang lain, di sini Anneth-lah yang paling merasa tenang. Gadis itu merasa tak peduli jika harus dikelompokkan dengan teman-temannya. Toh sama saja menurut Anneth, yang penting ia bernyanyi.

"Jadi kalian maunya gimana?" Anneth bertanya seraya melipat kedua tangannya di depan dada. Sudah belasan menit mereka duduk seperti ini, namun tak ada ide sedikit pun yang diutarakan.

"I don't know," sahut Mirai lagi dan lagi.

Decakan halus akhirnya terdengar. "Waktu udah mepet, tapi kita belum tau harus ngapain," Gogo berujar pasrah. Putri pun mengangguk setuju.

Sedangkan Deven hanya mengedikkan bahu, ia lalu mengedarkan pandangannya ke sekitar. Tak ada murid lain di kelas ini yang Deven lihat. Pasti semuanya sudah pulang, pikir Deven.

"Wa, gimana?" tanya Deven kepada Nashwa yang tepat berada di sampingnya.

Gadis berhijab bernama Nashwa itu hanya menoleh sambil meringis. "Gak tau, Dev," jawabnya.

"Ya udah deh, kita bahas hal ini nanti aja," ujar Anneth terdengar malas, "aku mau pulang," lanjutnya.

Sebelum Anneth berdiri hendak meninggalkan mereka semua, segera Raisya mencegahnya.

"Eh eh eh, tunggu, Neth! Kita kan ndak mungkin yo ngebatalin ini semua. Mending nanti sore kalian semua dateng ke rumah aku aja. Kita bahas sama-sama. Lagian, di rumah aku ndak ada siapa-siapa kok."

Raisya mengedikkan dagu, bermaksud meminta pendapat. "Gimana?"

"Ide bagus tuh!" Gogo menjentikkan jarinya di udara, dengan senyuman yang mengembang.

Sedangkan Putri menunjukkan lirikan sinis ke arah Raisya. Yang dilirik pun hanya menjulurkan lidah tak peduli.

"Aku setuju." Nashwa ikut tersenyum tipis. Begitu pula dengan Charisa. Keduanya sama-sama menyetujui apa yang baru saja Raisya usulkan.

"Ya udah deh. Deal ya, nanti sore kumpul di rumah Raisya!" Anneth berseru.

"IYAAA!!" Semuanya menyahut serempak, tak terkecuali Putri dan Deven.

"Inget, jangan ada yang lelet!" tambah Anneth.

"Iya, ketua murid!" Deven berkata dengan nada cibiran. Nashwa yang berada di sampingnya pun lantas menyenggol lengan Deven.

"Jangan gitu," ucap Nashwa.

Deven mencebik kemudian mengangguk-angguk. "Iya, maaf."

Kini mereka semua pun sepakat akan membahas persoalan ini di rumah Raisya. Mereka lalu bergegas keluar dari kelas bersama-sama.

🎶

Bersambung ....

(10/02/2019)

Mimpi BersamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang