♬ Tiga Puluh Empat ♬

1.5K 291 5
                                    

Mirai, Putri, dan Raisya sedang berjalan santai di koridor. Mereka bertiga baru saja sampai di sekolah. Masih begitu pagi, hanya ada beberapa murid saja yang terlihat. Hal itu pun membuat suasana koridor menjadi tenang.

Sebelum tiba di kelas, Mirai menyempatkan diri untuk menanyakan suatu hal. Entah kenapa sejak berteman dengan Raisya dan Putri, telinga Mirai jadi merasa asing dengan suasana sunyi. Ia jadi tidak betah berlama-lama dalam keheningan.

Untuk itu Mirai bertanya. Hal ini dilakukannya agar suasana tetap ramai, bukan karena Mirai benar-benar kepo.

"Ada yang aneh gak sih sama Joa?" Mirai melirik Raisya dan Putri secara bergantian.

"Maksudnya?" Putri menyahut. Gadis berkacamata ini sedikit heran dengan hal yang dibahas Mirai. Memangnya Joa aneh kenapa? batin Putri.

"Kemarin, aku liat dia papasan sama Anneth. Tapi dia malah kayak jutek gitu."

Jawaban Mirai membuat Putri berdecak pelan. "Joa kan emang kayak gitu, Mir. Kalo wajahnya nggak jutek, bukan Joa namanya."

Lirikan sinis dilontarkan Mirai pada Putri. Putri sendiri hanya mendesah pelan. Toh, apa yang diucapkannya memang benar--menurut Putri.

Namun tak lama setelah itu, terdengar jentikan jari yang berasal dari Raisya. Refleks Mirai dan Putri menoleh.

"Eh, iyo! Aku inget," Raisya mulai berbicara dengan logat khasnya, "kemaren, aku nguping Gogo sama Deven ngobrol. Yang aku denger sih, Anneth sama Joa itu lagi berantem."

"Idih, tukang nguping kamu!" Putri menatap Raisya dengan tatapan risih.

Tak terima, Raisya pun lantas menyahut, "Opo seh! Wong aku cuma cerita."

Sinyal-sinyal pertengkaran sudah berdengung di pikiran Mirai. Dengan cepat Mirai berkata, "Stop, please! Mending ngebahas yang lain aja."

Nada tinggi Raisya mendadak turun. Tapi tetap saja mulutnya belum bisa berhenti mengoceh. "Kamu tuh Put yang mulai. Pake bikin aku emosi segala," ujarnya pelan.

Mirai menepuk dahinya sendiri, sementara Putri membalas ujaran Raisya. "Dih! Kamu aja yang baperan!"

"Lha wong aku terpancing gara-gara kamu!"

"Apaan sih!" desis Putri.

Huft, Mirai memang tidak suka hening. Tapi jika setiap waktu telinganya mendengar kebisingan seperti ini, tetap saja gadis itu akan merasa pusing.

"STOP!" Mirai setengah berteriak. "oke?" lanjutnya.

Mendadak Raisya menunduk. "Iyo, maaf."

Melihat hal itu, Putri jadi terkikik geli. Senang sekali rasanya melihat adegan di mana Raisya takut dimarahi Mirai. Padahal Putri tahu, kemarahan Mirai bukan hanya ditujukan kepada Raisya saja, tapi kepada dirinya juga.

🎶

Bersambung ....

(30/01/2019)

Mimpi BersamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang