♬ Tiga Puluh Lima ♬

1.3K 285 2
                                    

Menjelang bel masuk berbunyi, Anneth dkk sudah stand by di bangku masing-masing. Mereka saat ini sedang menunggu kedatangan Bu guru Maia, sambil berbincang-bincang kecil mengenai berbagai hal.

Begitu pula dengan Charisa, si gadis cantik itu sedang asyik berbicara dengan Nashwa yang merupakan teman sebangkunya.

"Wa, tapi Kak Iky lagi gak ada di rumah. Gimana? Kita tetep jadi latihannya? Atau ... batalin aja?" Charisa menatap Nashwa dengan sorot mata bingung.

Cepat-cepat Nashwa menggeleng. "Jangan! Jangan dibatalin! Kita kan bisa latihan tanpa Kak Iky. Lagian, mumpung ada waktu luang, kita harus manfaatin dengan baik," jawabnya.

"Ya udah deh."

Keduanya sama-sama tersenyum. Sementara itu, Joa yang baru saja mendengar percakapan Nashwa dan Charisa, hanya bisa terdiam.

Joa menyesal. Ia sungguh menyesal karena telah bertengkar dengan Anneth. Sekarang gadis itu hanya bisa memperhatikan teman-temannya yang excited mempersiapkan diri untuk pentas aksi, sedangkan dirinya sendiri mendapatkan formulir saja tidak.

"Selamat pagi anak-anak!" sapa Bu guru Maia setelah masuk ke dalam kelas.

Semuanya serentak menjawab, "Selamat pagiii!!!"

Bu guru Maia pun tersenyum. "Anak-anak, sebelum kita mulai pelajarannya, ibu mau lihat siapa aja yang udah daftar buat acara pensi nanti. Coba angkat tangannya!"

Hampir semua murid mengangkat tangan masing-masing. Namun tidak dengan Joa. Anak perempuan yang satu itu hanya menatap kosong ke arah lain. Hingga sebuah teguran pun menusuk ke telinganya.

"Joa?"panggil Bu guru Maia ketika menyadari bahwa Joa-lah satu-satunya murid yang tidak mengangkat tangan.

"Kamu belum daftar?" tanya Bu guru Maia sembari berjalan mendekat.

Segera Joa menoleh. Sekilas ia melirik teman-temannya yang lain. Semuanya kini tengah menatap Joa dengan tatapan heran.

Tanpa berpikir lama lagi, Joa langsung mengangkat sebelah tangannya ke atas.

Melihat keanehan itu, Bu guru Maia kembali bertanya, "Sudah?" Dan Joa pun mengangguk membenarkan ucapan wali kelasnya tersebut.

Joa sadar betul, ia baru saja berbohong. Namun tak ada pilihan lain. Yang ada di pikiran Joa hanya ada dua hal; yang pertama, jika Joa berkata jujur maka teman-temannya akan menertawakannya, dan kedua, jika Joa berbohong maka ia akan aman untuk sementara.

Namun entah sampai kapan kebohongannya itu akan berlangsung.

Bu guru Maia ikut mengangguk-angguk. Ia berjalan kembali ke kursinya lalu duduk di sana. "Oke. Tapi ibu minta maaf ...," ucapnya tiba-tiba.

"Ibu dapat kabar dari kepala sekolah bahwa banyak sekali siswa yang mendaftar untuk menyanyi."

Semuanya terdiam. Mereka menunggu kelanjutan ucapan Bu guru Maia, untuk mengetahui apa maksud dari guru berambut lurus tersebut.

"Ibu harap kalian mengerti, acara pentas aksi ini hanya berlangsung selama satu hari saja. Jadi tidak cukup durasinya jika kalian menyanyi perorang."

Sontak mulut Raisya dan Putri terbuka. Bukan hanya mereka, bahkan Deven, Gogo, Nashwa, dan yang lainnya juga benar-benar terkejut.

"Tapi tenang saja," Senyum Bu guru Maia semakin melebar. "ibu dan kepala sekolah sudah berdiskusi untuk permasalahan ini. Nah, kami sudah sepakat, bahwa anak-anak dari kelas ini yang sudah mendaftar untuk menyanyi, akan dijadikan sebuah kelompok."

Ada jeda sebelum ia kembali berkata. "Kalian akan menyanyi bersama."

"HAAAHH?!"

🎶

Bersambung ....

(05/02/2019)

Mimpi BersamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang