♬ Tiga Puluh Tiga ♬

1.5K 287 3
                                    

Berulang kali Joa mendecak kesal, akibat pegal berdiri di depan gerbang. Ia tengah menunggu Gogo. Padahal sudah 10 menit berlalu, tapi si anak lelaki berpipi tembam--yang ditunggunya--itu tak juga muncul.

"Gogo kemana sih?" Joa bergumam seraya melirik jam tangan putih di pergelangan tangannya. Tak lama kemudian, terdengar sebuah panggilan dari belakang Joa.

"JOA!"

Itu suara Gogo. Dengan cepat Joa berbalik, ia langsung memberikan tatapan malas ke arah Gogo. Sedangkan Gogo sendiri hanya menunjukkan cengirannya seperti biasa.

"Kamu kemana aja sih! Lama banget!"

Mendapat sentakan seperti itu, sontak saja Gogo membalas tatapan Joa dengan ekspresi bingung. Sejak kapan Joa berani membentak dirinya?

"Penghapus aku hilang, aku barusan nyari dulu!" jawab Gogo dengan suara nyaring. Benar-benar mengherankan melihat sikap Joa hari ini, Gogo jadi merasa sedikit kesal terhadapnya.

Padahal kejadian seperti ini kan memang sudah sering terjadi; Gogo terlambat keluar dari kelas, dan Joa menunggunya di depan gerbang. Tapi tak sekali pun Joa marah--ya, kecuali hari ini.

"Ya udah, ayo pulang!" Joa cepat-cepat menarik tangan Gogo, bermaksud untuk pergi. Sayangnya Gogo malah terdiam, ia tak ikut melangkah sedikit pun.

Hal itu berhasil membuat Joa kembali menatap Gogo. Kini giliran gadis itu yang dibuat bingung.

"Kamu kenapa sih, Jo?" tanya Gogo setelah menghembuskan napas berat. "biasanya juga kalo aku telat keluar, kamu biasa aja," lanjutnya dengan suara yang melembut.

Meski Gogo memang kesal kepada Joa, namun ia tak bisa membentaknya. Gogo ingat, ayahnya pernah mengatakan bahwa lelaki sejati tidak akan pernah kasar kepada perempuan, baik dalam ucapan maupun perilaku.

Jika Joa sedih karena Gogo, itu artinya Gogo bukan lelaki sejati. Jadi sebisa mungkin Gogo tetap berbicara lembut, ia tidak ingin mengecewakan ayahnya. Gogo harus bisa jadi lelaki sejati. Itulah tekadnya.

Joa segera melepaskan tangan Gogo. Ia lantas melipat kedua tangannya sendiri di depan dada. "Aku lagi kesel," jawab Joa ketus.

"Gara-gara?" Gogo mendekat. Padahal sebetulnya Gogo sudah tahu alasan Joa kesal. Itu semua pasti akibat permasalahan dengan Anneth.

Tapi saat ini Gogo merasa, sebaiknya ia pura-pura tidak tahu tentang hal itu. Gogo juga harus mendengar cerita langsung dari Joa, bukan hanya cerita dari Deven saja.

Setelah terdiam beberapa saat, Joa akhirnya berkata, "Udah ah, gak penting. Yuk pulang!" ajaknya kembali.

Kali ini Gogo hanya menurut. Mungkin Joa belum siap bercerita, dan Gogo memakluminya.

🎶

Bersambung ....

(29/01/2019)

Mimpi BersamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang