Mungkin aku egois.
Tapi inilah kenyataannya🐰🐰🐰
"Hari ini bang Alfa anterin kan?" Tanya Veyra memulai pembicaraan.
Pagi ini, Veyra sarapan bersama kedua abangnya. Sangat menyenangkan, apalagi dengan nasi goreng masakan Alfa.
"Iya, Rafa juga bareng"
Rafa hendak protes dengan penuturan Alfa, dia tidak suka diantar, seperti anak kecil menurutnya. Tapi menyanggah ucapan Alfa tidak akan ada gunanya.
"Nanti pulang sekolah kita jalan jalan kan, bang?" Alfa mengangguk. Ia tau adiknya ini mengajak, bukan bertanya.
"Kemana bang? Ke mall? Atau nonton aja gimana? Ke taman juga Vey mau, beli es krim, atau.."
"Kafe aja bang" usul Rafa memotong ucapan Veyra. Pasalnya ia tak terlalu suka pergi ke mall, kurang kerjaan menurutnya.
"Ngapain bang? Duduk doang liat orang lewat kaca? Ogah banget. Mending jalan jalan kemana kek biar lo nggak kudet " tutur Veyra membuat Rafa melotot ke arahnya.
Alfa terkekeh, kedua adiknya ini memang selalu bisa membuatnya melupakan semua bebannya.
"Yuk berangkat" ajak Alfa yang langsung diangguki oleh kedua adiknya.
Selama perjalanan, Veyra tak henti hentinya mengoceh tentang semua kegiatannya selama dua hari Alfa pergi. Dan yang pasti 99 persen nya adalah dia menyalahkan Rafa yang tidak becus mengurus rumah. Tak ketinggalan cerita tentang Arga yang membentaknya karna mengira Veyra menuduhnya menjadi pelaku atas tertusuknya punggung Veyra dihari pertama dua makhluk itu masuk kelasnya.
"Ya itu lo yang salah, mana ada orang yang suka dituduh?"
"Ya ampun bang, sumpah ya. Gue cuma pengen tau siapakah gerangan yang telah membuat punggung gue memar kena tusukan polpen, nggak kurang dan nggak lebih" ucap Veyra tidak trima dengan kesimpulan Rafa.
"Alay lo" cibir Rafa yang langsung membuat Veyra mencebikkan bibirnya.
"Udah sampek, masuk sana"
Veyra dan Rafa mengangguk menanggapi ucapan Alfa.
Sebelum turun, seperti biasa Veyra mencium pipi Alfa kemudian keluar dari mobil dan berlari lari kecil menuju gerbang sekolah.
🐰🐰🐰
"Kamu itu ya, Veyra! Udah ibu bilang belajar yang bener. Jangan kebanyakan tidur di kelas. Udah nilai jelek, sikap nggak baik juga. Mau jadi apa kamu hah?"
Sial!
Sekarang pukul satu siang, ini adalah saat dimana seharusnya siswa siswi diberi pelajaran yang tidak terlalu berat, bukannya malah diberi ulangan mendadak kemudian dihadiahi ocehan sepanjang lintasan balap itu.
Veyra benar benar malu. Bagaimana bisa bu Titin memarahinya didepan kelas hanya karna nilai ulangan harian matematikanya jelek. Hanya? Oke Veyra akui, ini memang salahnya yang tidak pernah mau belajar matematika. Dan alhasil, disetiap ulangan nilainya begitu jauh dari yang di tentukan.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARGA✔[Completed]
Teen Fiction"Kamu percaya kalau nanti akan ada seseorang yang mau hancur demi kamu?" "Enggak, cuma lilin sama kayu bakar yang rela kebakar demi nerangin orang di sekitarnya. Es batu kayak Arga mana bisa meleleh"