Tunjukkan,
buktikan dan buat
mereka diam.🐰🐰🐰
Ujian.
Saat dimana siswa siswi merasa seperti di penjarakan. Tidak ada waktu untuk mengapeli program program di televisi, ataupun pulang malam. Semua serba dibatasi, belum lagi otak yang harus dipaksa bekerja keras jika tidak ingin bertemu sesuatu yang dinamakan 'remidi'.
Veyra menghembuskan napasnya resah. Hari ini ujian terakhir, dan sialnya, matematika berada di urutan terakhir mata pelajaran yang akan di ujikan. Akhirnya, setelah delapan hari ia mati matian menjaga otaknya supaya tidak pecah, hari ini semua akan selesai.
"Udah ngelamunnya?"
Veyra tersentak kecil saat Arga yang berjalan disampingnya menyenggol pundaknya.
"Ga"
Veyra yang berhenti mendadak membuat Arga juga sontak berhenti.
"Gue mau balik aja lah, takut" Rengek Veyra sambil menggigit gigut kuku jarinya.
Arga melongo di tempatnya, "Veyra, gue udah ajarin lo dari lama. Ditambah kemaren balik sekolah sampe malem, itu buat apa coba? Buat hari ini. Terus lo mau balik? Gila lo" Ucap Arga kesal.
Memang, selama ujian mereka selalu belajar bersama sepulang sekolah. Tapi biasanya hanya sampai sore, sedangkan kemarin, berhubung hari ini matematika maka Arga mengajari Veyra hingga malam. Sampai gadis itu benar benar paham.
Setelah menarik narik Veyra di sepanjang koridor dan menjadi tontonan siswa siswi disana, akhirnya Arga berhasil membawa Veyra sampai ke kelasnya. Dan jangan lupakan hal membahagiakan yang satu ini, kini tidak ada lagi yang berani mengomentari hubungan aneh dua menusia itu. Tidak dengan teman temannya sendiri, ataupun Chelsea dan dayang dayangnya.
Lupakan.
Saat ini Veyra sudah duduk manis di bangku ujiannya. Masih dengan perasaan takut dan gugup.
"Kerjain bener bener, entar pulang sekolah gue traktir es krim" Ucap Arga sambil mengacak puncak kepala Veyra, membuat mata Veyra berbinar.
Sementara Rena yang memang berada di ruangan yang sama mencibir mereka terang terangan karna Arga mengucapkannya dengan keras.
"Yaudah pergi sana lo, gue mau belajar" Usir Veyra.
"Iye bawel" Balas Arga sinis.
Itu malah membuat siswi siswi yang berada disana memekik tertahan. Karna bagi mereka, melihat ekspresi yang tidak datar dari wajah tampan Arga adalah anugrah terindah yang tuhan kirimkan di saat saat memusingkan seperti ini. Jika seperti ini terus, mereka akan dengan senang hati mendukung keduanya. Asalkan bisa selalu melihat senyum dan tawa pangeran es itu.
Veyra terkekeh menatap punggung Arga yang mulai mengecil menuju kelasnya. Wajar saja mereka tidak sekelas, nama Arga diawali huruf 'A'. Sedangkan Veyra?. Lupakan saja ide Veyra yang ingin tidak belajar dan mencontek Arga supaya mendapatkan nilai bagus.
Bel pertama berbunyi, menandakan ujian akan segera dimulai karna memang pengawas sudah masuk ke kelas mereka. Dan seperti biasa, Rena akan menoleh kearah Veyra sambil keduanya mengacungkan kedua jempolnya masing masing. Saling memberi semangat.
🐰🐰🐰
"Alhamdulillah makan!" Teriak Ano heboh saat memasuki warung nek Imah.
Ya, disinilah mereka semua saat ini. Di warung sederhana dekat sekolah yang biasa mereka kunjungi sepulang sekolah, Arga, Veyra dan teman temannya memilih untuk melepas beban selepas ujian. Tidak perlu kafe atau restoran mahal untuk berkumpul, gorengan dan mie instan buatan nek Imah pun sudah mampu membuat mereka betah.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARGA✔[Completed]
Teen Fiction"Kamu percaya kalau nanti akan ada seseorang yang mau hancur demi kamu?" "Enggak, cuma lilin sama kayu bakar yang rela kebakar demi nerangin orang di sekitarnya. Es batu kayak Arga mana bisa meleleh"