Enam

4.9K 210 0
                                    

Ketika sudah menjadi takdir,
Seberapapun menghindar
Semua akan tetap terkejar.

🐰🐰🐰

"Veyra.!! Gue itungin sampek tiga kalo lo belum turun gue tinggal lagi lo!"

"Iya baang.!!" Veyra yang balas berteriak berlari menuruni satu persatu anak tangga sambil memakai sepatunya tertatih tatih.

Rafa berkacak pinggang didepan pintu, mendelik kearah Veyra. Kemudian berjalan menuju motornya meninggalkan Veyra yang berlari di belakangnya.

"Abang ish, bentar napa" Gerutu Vey kesal karna kini Rafa sudah duduk diatas motor merahnya.

"Kalo sampek telat, gue jual lo"

Veyra acuh, memilih menaiki boncengan motor tersebut daripada harus berdebat dengan Rafa yang tidak akan ada ujungnya.

Dan kini motor itu sudah berjalan dengan kecepatan tinggi. Membelah jalanan ibu kota yang masih ramai di pagi hari, membuat Veyra memeluk pinggang Rafa karna takut tubuhnya yang kecil itu terbang tertiup angin.

Veyra membuka matanya yang sedari tadi tertutup itu saat sudah merasa tidak ada pergerakan lagi.

"Alhamdulillah gue masih bernapas!" Teriak Veyra lega saat melihat ia sudah berada di parkiran.

Rafa tidak memperdulikan adiknya yang penyakit gilanya kambuh itu. Tangannya melambai lambai kepada seseorang yang berada tak jauh darinya, mengisyaratkan orang tersebut untuk mendekat.

"Ada apa bang?" Tanya Arga sopan, bagaimanapun Rafa adalah seniornya disini. Ya, orang tersebut adalah Arga.

Veyra menoleh saat mendengar abangnya tengah berbicara dengan seseorang. Matanya membelalak, sedikit terkejut saat mengetahui yang diajak bicara abangnya adalah es batu.

"Gimana anak anak entar?" Tanya Rafa.

"Siap bang, mereka nggak ada yang absen"

Veyra mengernyitkan dahinya berpikir, "Bang Rafa mau tawuran ya? Ya Allah bang, udah tua tobat napa. Gue aduin bang Alfa lo!"

Rafa mendengus malas, "Sok tau lo, udah ah gue masuk. Ga, lo barengin adek gue ke kelas ya"

Arga menatap Veyra yang juga balik menatapnya, kemudian mengangguk pelan.

Rafa berlari meninggalkan parkiran.

"Jangan ditinggalin entar ilang" Teriak Rafa saat sedetik kemudian tubuhnya hilang di belokan.

Veyra terdiam, bingung harus melakukan apa, "Lo ngapain masih disini?"

"Jalan duluan" Jawab Arga singkat.

"Hah?"

"Cepet, gue udah bilang iya ke abang lo. Gue nggak mau telat"

Veyra memutar bola matanya kesal, ia tidak meminta Arga untuk menunggunya. Toh sekarang Rafa juga tidak ada disini.

Dengan cepat Veyra melangkahkan kakinya. Dan nyatanya Arga tetap mengikutinya. Bahkan saat ia membenarkan tali sepatunya yang terlepas pun Arga tetap di belakangnya. Tanggung jawab banget nih anak- batin Veyra. Tunggu, apa Veyra baru saja memujinya? Lagi?. Veyra menggelengkan kepalanya dan langsung bergegas menuju kelasnya, ngeri sendiri dengan apa yang ia pikirkan tadi.

ARGA✔[Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang