Dua Puluh Satu

4.1K 187 0
                                    

Dia adalah cahayaku.
Jika kalian memadamkannya,
yang akan gelap adalah hidupku.

🐰🐰🐰

"Pagi abang abangku!" Sapa Veyra seraya menuruni satu persatu anak tangga menuju meja makan.

"Tumben udah siap" Ucap Alfa sambil menarik kursi disebelahnya yang langsung diduduki Veyra dengan senang hati.

"Iya dong, hari ini Vey berangkat sama pujaan hati" Ucap Veyra riang, sementara tangannya mulai mengoleskan selai di rotinya dan melahapnya pelan.

"Dih, gaya banget. Palingan juga Gean" Tebak Rafa.

"Em em" Veyra menggeleng menyalahkan, "Arga" Lanjutnya.

Rafa yang tidak percaya pun terbatuk kecil, sedetik kemudian ia sudah melongo memandang adiknya.

"Cowok yang kamu bilang es batu itu?" Tanya Alfa heran.

Veyra mengangguk antusias, membuat Alfa yang berada disampingnya mengacak rambut Veyra pelan.

"Abang nggak pernah larang Vey buat deket sama siapapun, tapi Vey juga harus bisa milih temen yang baik. Apalagi cowok, abang nggak mau Vey dirusak sama cowok nggak bener"

Veyra memelankan kunyahannya mendengar penuturan Alfa, kemudian mengangguk pelan. Sementara Rafa yang melihat perubahan mimik wajah Veyra pun angkat suara.

"Arga baik kok bang, dia satu geng sama Rafa. Keliatannya aja mungkin berandalan karna ikut geng, tapi nyatanya aman" Ucap Rafa menenangkan.

"Abang bukan nglarang Vey" Ucap Alfa lembut.

"Iya Vey tau, Vey juga bakal jaga diri kok bang"

Veyra memeluk Alfa erat. Ia tidak marah karna Alfa menasehatinya. Veyra paham Alfa memperdulikannya, memangnya siapa lagi yang akan memperdulikannya selain kedua abangnya?. Itulah sebabnya Veyra selalu berpikir panjang jika dia marah kepada abangnya. Meskipun Veyra masih sering menangis saat Alfa maupun Rafa membentaknya.

Tin tiinn

"Udah dije-" Ucapan Rafa terpotong saat menyadari Veyra sudah menghilang dari hadapannya.

"Assalamu Alaikum baang!!"

"Dasar bocah" Desis Alfa dan Rafa kompak.

🐰🐰🐰

Veyra berjalan di koridor sendiri siang ini. Jam sudah menunjukkan pukul 14:30, namun sekolah masih sedikit ramai karna kegiatan ekstrakulikuler hari ini.

Beberapa kali Veyra melihat beberapa siswi menatapnya sinis, bahkan beberapa dari mereka terang terangan menyebut Veyra dengan sebutan cewek kegatelan, kecentilan bahkan ada yang menyebutnya memakai guna guna. Tapi Veyra mengabaikannya, toh itu juga tidak akan membuat Veyra mati.

Dan jangan tanyakan Rena, sahabat Veyra itu pasti heboh sendiri melihat Veyra berangkat bersama Arga.

Dengan santai Veyra melangkah menuju lapangan futsal yang berjarak cukup jauh dari kelasnya. Jika bukan karena Arga meminta untuk dibawakan air, Veyra tidak akan mau jauh jauh kesana.

ARGA✔[Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang