Empat Puluh Empat

2.8K 133 20
                                    

Beberapa orang merasa tidak mampu melupakan,
Namun terlalu sakit untuk mengulang.

🐰🐰🐰

Ujian Nasional.

Veyra tersenyum membaca tulisan di lembaran kertas yang ada di meja dihadapannya. Ini adalah hari terakhir Veyra akan bergelut dengan soal soal laknat itu, yang artinya adalah Veyra tidak akan menemuinya lagi di waktu yang akan datang.

Matanya menoleh sejenak, memandang anak anak lain yang masih sibuk dengan ujiannya. Veyra bahkan tidak menyangka akan melalui empat hari ini dengan cukup mudah. Ini karna catatan yang rutin Arga berikan kepadanya. Catatan kecil yang ia terima setiap hari itu selalu membuatnya tersenyum karna sampulnya yang bertuliskan 'jangan buka yang lain, ngga guna. Kecuali hati lo'. Arga memang gila sekarang.

"Baik anak anak, waktu kalian habis. Silakan keluar dan biarkan lembar jawaban tetap di meja. Selamat menunggu hasil ujian nasional kalian dan tetap belajar. Selamat siang" Bu Arna, meskipun Veyra tidak terlalu mengenalnya, tapi kata kata dari guru berumur tersebut membuat hatinya diliputi rasa haru.

"Siang bu" Anak anak menjawab serempak. Tak sampai satu menit, kelas sudah menjadi sepi.

Veyra melangkah pelan di koridor. Benar benar lega melihat seluruh siswa siswi kelas XII berbincang bersama teman temannya dengan raut sangat bahagia.

"Veyraaaaaaaaaaaaaa!"

"Ren!" Baru kali ini Veyra tidak risih mendengar teriakan Rena.

"Vey kita berhasil kan, sebentar lagi kita lulus!"

Veyra terkekeh pelan, mengangguk.

"Iya kalo lo lulus"

Rena mencebik menanggapi Vano yang tiba tiba datang bersama segerombolan makhluk berparas malaikat dengan sifat seperti setan itu.

"Ke kantin yokk! Danis hari ini ulang taon!" Teriak Ano heboh. Dan dalam sekejap, mereka sudah berbondong bondong berjalan menuju kantin. Memangnya siapa yang ingin melewatkan makan gratis setelah pusing memikirkan soal ujian.

"Lo nggak pengen bilang apa gitu ke Arga Vey?"

"Hah?" Beo Veyra. Sebenarnya ia dengar dengan jelas apa yang dikatakan Rena.

Rena mencibir pelan, "Jangan lo pikir gue nggak tau siapa yang bikin lo pinter kayak Gini" Bisiknya.

"Gak mau!" Tegas Veyra. Memangnya ia yang meminta Arga membantunya? Jelas bukan. Jadi bukankah Veyra tidak harus berterima kasih?

Bohong!
Dalam hati kecil Veyra ia ingin mengajak Arga bicara. Mengucapkan terima kasih atas bantuannya dan selamat karna pasti Arga menyelesaikan ujiannya dengan baik. Tapi melihat tatapan datar Arga diseberang mejanya saja membuat Veyra merinding.

"Veyra cantik mau makan apa? Biar bang Aldo yang pesenin"

Veyra tersenyum tipis, "Siomay sama jus mangga aja" Jawabnya.

"Gue bakso sama es teh" Sela Rena.

"Emang ada yang nawarin elo?" Tanya Vano sarkastik.

ARGA✔[Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang