Enam Belas

4.1K 180 2
                                    

Entah kenapa,
Semakin hari, kepedulian ini
semakin menjadi

🐰🐰🐰

Deruman motor Arga membelah sesaknya jalanan ibu kota. Berjalan dengan kecepatan sedang, membuat Veyra yang duduk di belakangnya tersenyum karna bau maskulin yang terbawa angin membuatnya tenang.

"Arga jangan lupa mampir ke supermarket!" Ucap Veyra dengan sedikit berteriak.

"Iya" Jawab Arga seadanya. Lelah berdebat dengan Veyra yang memaksa mampir ke supermarket untuk membeli barang barang untuk mengompres wajah Arga yang lebam.

"Arga, kenapa kita lewat sini? Kebanyakan bensin lo?" Tanya Veyra heran, pasalnya jalan yang saat ini mereka lalui adalah jalan yang bukan biasanya. Lebih jauh.

Arga hanya diam. Perasannya tiba tiba tidak enak. Lebih lagi teman temannya tidak ada yang membalas pesan yang ia kirimkan.

"Vey!" Teriak Arga memanggil Veyra. Tangannya mengulurkan handphone yang langsung di terima Veyra dengan raut wajah bingung.

"Tolong cek grup chat paling atas, pesan gue ada yang bales apa nggak" Pinta Arga.

Veyra mengangguk mengerti, mulai mengotak atik benda pipih itu sesuai permintaan Arga. Sudut bibirnya terangkat melihat chatnya berada di posisi atas. Akhir akhir ini mereka memang sering berkomunikasi lewat aplikasi itu, sekedar berbagi materi matematika.

"Belum"

Arga mendesah pelan, kemana teman temannya?.

Dengan tiba tiba Arga menghentikan motornya, mendadak. Membuat Veyra hampir terjungkal.

"Arga gila lo ya, gue mas-"

"Bangsat!" Umpat Arga.

Dengan segera ia turun dan berlari setelah sebelumnya menyerahkan helmnya dengan buru buru kepada Veyra.

"Arga!"

"Arga lo mau ngapain?!"

Teriak Veyra heboh saat dilihatnya Arga berlari menuju gerombolan yang sedang

Tawuran?

Veyra melotot saat menyadari Rafa ada disana. Satria, Danis, Aldo dan Ano juga bisa Veyra lihat dengan jelas.

"Bang Rafa!" Jerit Veyra. Takut, ia benar benar ketakutan. Ditambah suasana di sekitarnya sepi. Siapa yang bisa ia mintai pertolongan?.

Bugh!

Bugh!

Dak!

Suara baku hantam terus saling menyahut, membuat Veyra menggigit jari jarinya khawatir.

Tiba tiba sebuah ide melintas. Segera Veyra mengambil handphone nya dan menghubungi sebuah nomor.

"Halo, kantor polisi?"

"Iya, ada yang bisa kami bantu"

"Pak, ya ampun syukurlah. Pak ini ada tawuran pak tolongin saya!"

"Tawuran apa mbak? Mbak jangan heboh"

ARGA✔[Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang