Tiga Puluh Sembilan

3.9K 142 4
                                    

Parahnya, dia tetap
memikirkan bahagianya
saat orang lain merasa terluka.

🐰🐰🐰

Angin semilir membelai wajah mereka yang sedang beraktivitas. Hari masih terbilang pagi, namun laki laki itu sudah melaksanakan kebiasaannya. Membolos.

Kali ini rooftop menjadi pilihannya, dengan pemandangan keadaan sekolah yang sudah sepi karena kegiatan belajar mengajar sudah berlangsung cukup lama.

"Buset dah, pantesan gue cariin kemana mana kagak ada. Disini ternyata"

Laki laki itu mendengus malas, pengganggu datang.

"Kenapa lo Van?"

Nevan menggeleng pelan membalas pertanyaan Erik.

"Lo banyak masalah ya? Akhir akhir ini lo jarang kumpul sama anak anak" Kini giliran Jo yang bersuara, meskipun otaknya seringkali gesrek, Jo juga tau kapan ia harus serius.

Nevan menunduk dalam, "Kayaknya gue mau out aja dari Faster" Ujarnya kemudian, membuat Erik dan Jo menatapnya cengo.

"Jangan bercanda deh Van"

Nevan tersenyum simpul kepada Jo, "Gue serius" Ucapnya kemudian.

"Maksud lo apa hah?!" Erik mencengkram kerah Nevan erat, tidak habis pikir dengan pikiran sahabatnya ini. Sengan sekali hentak Erik menghentakkan tubuh Nevan dan mendudukkan dirinya ke lantai.

"Gue pengen berubah jadi lebih baik" Nevan terkekeh singkat, "Gue juga capek di suruh suruh sama mereka. Gue juga punya hati asal lo tau, gue marah waktu mereka pukul gue karna gue nggak nurutin mau mereka"

Nevan mendecih mengakhiri ucapannya, jujur saja ia muak dengan sikap anak anak Faster yang selalu memperlakukan anggota mereka sesukanya. Sepertinya di otak mereka hanya ada kekuasaan, tidak ada solidaritas sama sekali.

"Terus lo pikir lo bakal baik baik aja kalo lo keluar hah?! Lo pikir mereka nggak akan pukulin lo?" Sentak Erik emosi.

"Seenggaknya yang pukulin gue bukan temen gue sendiri, mungkin gue juga bakal pindah sekolah. Gue mau bahagiain mama gue"

Erik mengacak rambutnya kasar, mau jadi apa dia dan Jo tanpa Nevan? Nevan yang selalu membantunya saat ia susah, Nevan selalu memberinya semangat saat ia kalut. Hanya Nevan yang bisa membuatnya seperti sekarang ini.

"Gue gimana anjing!"

Nevan terkekeh, "Lo kenapa hah?! Lo bisa tetep sama mereka"

"Tanpa lo? Lo gila Van!"

Jo hanya diam, bingung harus berkata apa. Tapi jangan tanyakan apa yang Jo rasakan saat ini. Mendadak ingatanya kembali ke saat ia pertama bertemu dengan Nevan dulu.

Flashback on.

"Gue cuman mau lo habisin satu orang doang, dan lo nggak bisa."

Jo menunduk mendengar sentakan halus dari Willi, ketua gengnya. Lebam di tubuhnya masih terasa sakit, ditambah lagi ia harus mendapat kecaman dari seluruh anggota Faster.

ARGA✔[Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang