Tiga Puluh Enam

3.7K 137 2
                                    

Karna mungkin,
yang kamu benci adalah
yang paling menyayangi.

🐰🐰🐰

Veyra melangkahkan kakinya gontai kedalam rumah setelah sebelumnya mengucapkan terima kasih karena Nevan telah mengantarnya pulang. Langkahnya sontak terhenti, Veyra hampir saja terjengkang saat seseorang memeluk tubuhnya tiba tiba.

"Bang Alfa"

Alfa melepas pelukannya, tangannya mencengkram ringan bahu Veyra dan menatapnya lekat lekat.

"Kamu kemana aja sih, Vey? Kenapa nggak kasih kabar? Kamu tahu nggak kita semua disini bingung nyariin kamu"

Kita semua?  Veyra menengok ke belakang punggung Alfa. Benar saja, wanita itu ada disana.

"Vey mau istirahat bang, capek" Ucapnya sambil berlalu menuju kamar. Veyra tidak berbohong, dia benar benar lelah.

Dilangkahkannya kakinya menuju kamar mandi, sekedar untuk mencuci mukanya yang kelihatan begitu kusut. Mata Veyra tampak membengkak. Veyra memilih untuk merebahkan tubuhnya, sesekali menggeliat karna tubuhnya terasa begitu nyeri di beberapa bagian.

Veyra benar benar seperti orang linglung, dia tidak kelihatan senang ataupun sedih. Datar. Bahkan sepertinya ia sudah kehabisan stok air mata, Veyra tidak ingin menangis lagi. Veyra tidak ingin menjadi gadis yang lemah.

"Sayang"

Veyra menoleh sebentar, "Keluar" Ucapnya dingin, namun wanita itu tetap tidak bergeming di sisi tempat tidur Veyra.

"Mamah mau ceritain semuanya sekarang"

"Pergi"

"Mamah bakal jelasin"

Veyra mengalihkan pandangannya. Suara itu, terlalu lembut untuk ia balas dengan pengusiran. Veyra tidak tega, ia masih menyayangi mamanya.

"Jangan memandang sesuatu dari satu sudut pandang saja Vey, karna setiap orang punya sudut pandang berbeda. Mereka punya alasan masing masing untuk menjadi benar"

Veyra memejamkan matanya, ucapan papanya itu terus terngiang. Berputar putar di otaknya. Apakah Veyra harus mendengarkan semuanya? Tapi rasanya Veyra belum siap. Entah untuk apa, gadis itu khawatir akan ada yang terluka.

"Mamah nggak akan ngurangin ataupun nambahin apa apa dalam cerita ini"

Veyra diam, dan itu seakan menjadi lampu hijau untuk Sarah, mama Veyra.

"Hari itu, waktu mamah kembali kerumah.."

Flashback on.

"Ibu Sarah benar benar membutuhkan pendonor jantung saat ini"

Sayup sayup sarah masih mendengar percakapan dokter yang menanganinya itu dengan Danil, suaminya. Dua tahun ia berusaha menyembunyikan semuanya, tapi akhirnya tetap sama. Ia tetap menyusahkan suami dan anak anaknya.

"Periksa jantung saya dok"

Tidak!
Sarah tidak ingin Danil mendonorkan jantung untuk dirinya. Sarah menggeleng kuat, tapi ia terlalu lemah untuk sekedar mencegah keputusan suaminya.

ARGA✔[Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang