Kamu, adalah satu satunya
air mata yang berhasil meruntuhkan
keegoisanku🐰🐰🐰
18.30
Veyra terbangun. Rasanya ia sudah tertidur sangat lama sampai tubuhnya terasa sangat sakit seperti ini. Direnggangkannya otot otot tangannya supaya tidak terasa kaku.
Ia berdiri dan berjalan menuju meja belajarnya. Melihat keadaap laptop malangnya, siapa tahu ada keajaiban yang membuat laptopnya kembali menyala seperti semula.
Lagi lagi hanya suara decakan yang keluar dari mulutnya. Air matanya yang kembali lolos, dengan kasar Veyra singkirkan dari pipinya. Laptop pemberian ayahnya kini sudah rusak, Veyra gagal menjaganya.
Ceklek
Melihat Rafa diambang pintu membuat Veyra buru buru mengusap air matanya yang kembali lolos. Namun percuma, Veyra tetaplah menjadi adik kecil Rafa yang selalu menangis di hadapan Rafa saat sesuatu terjadi. Melihat tatapan Rafa, Veyra tak pernah bisa berbohong pada kakaknya.
"Ada apa? Kenapa lo nangis?" Tanya Rafa dengan tegas. Bukannya ingin membuat Veyra tambah takut, tapi Rafa memang tak pernah bisa tenang saat melihat adiknya menangis seperti ini.
Tidak mendapat jawaban dari Veyra, membuat Rafa mengacak rambutnya bingung.
"Udah dong Vey nangisnya, lo bilang ke gue siapa yang bikin lo nangis. Entar gue bogem tuh bocah ya"
Veyra terdiam, mengingat terakhir kali ia mengadu pada Rafa saat temannya mengambil buku ceritanya saat SMP. Dan keesokan harinya Rafa langsung membuat temannya babak belur di sekolah.
"Atau lo mau gue beliin es krim? Mau?"
"Atau, mau gue beliin tikus buat mainan? Mau tikus?"
Krik krik
"Vey ya Allah, jangan buat gue bingung gini dong"
"Gue nggak papa bang" Ucap Veyra dengan suara parau.
"Mau makan?"
Veyra menggeleng, melihat itu membuat Rafa mengangguk mengerti. Ia pun memilih untuk keluar meninggalkan Veyra.
Sepeninggal Rafa, Veyra kembali menunduk. Matanya terasa panas. Mengingat bagaimana dulu ayahnya membelikannya laptop itu saat hari ulang tahunnya, ulang tahun terakhir yang bisa ia rayakan bersama ayahnya. Dan kini laptopnya sudah mati, entah bisa di perbaiki atau tidak Veyra tidak tahu.
Sebuah usapan lembut membuatnya berjingkat. Alfa, entah kapan ia masuk Veyra pun tidak merasakannya karna melamun sejak tadi.
"Kenapa nggak mau makan?"
Veyra menggeleng, dia sedang tidak mood berbicara saat ini.
"Kenapa hmm? Kamu ngomong sama abang kalo ada masalah"
"Laptop Vey, bang hiks, laptop ayah.. Vey nggak bisa jaga"
Alfa mengurai pelukannya dari Veyra, mengambil laptop yang ada di pangkuan Veyra dan memeriksanya.
"Pasti kamu udah jaga baik baik, abang yakin"
Veyra mengangguk, "Es batu itu yang siram"
"Kamu marah?"
Veyra mengangguk.
"Dia nggak sengaja Vey"
"Dua rusakin laptop dari ayah"
"Kasih dia waktu, biarin dia minta maaf sama kamu. Percuma Vey, percuma kalau kamu bisa jagain semua yang ayah kasih, tapi kamu nggak bisa lakuin apa yang ayah omongin. Apa pernah ayah ngajarin kita buat dendam?"
KAMU SEDANG MEMBACA
ARGA✔[Completed]
Teen Fiction"Kamu percaya kalau nanti akan ada seseorang yang mau hancur demi kamu?" "Enggak, cuma lilin sama kayu bakar yang rela kebakar demi nerangin orang di sekitarnya. Es batu kayak Arga mana bisa meleleh"