Tiga Puluh Lima

3.6K 134 4
                                    

Pahami, karna yang kamu
ketahui belum tentu
itu yang terjadi.

🐰🐰🐰

"Iya nggak papa, gue masih punya kaki kok"

Veyra tersenyum tipis saat terdengar kekehan di seberang telepon.

"Iya"

Tuuttt..

Telepon di akhiri.
Buru buru Veyra melangkahkan kakinya keluar. Hari ini Nevan tidak bisa menjemputnya, dan sialnya lagi kedua abangnya sudah berangkat sejak tadi.

Veyra menyantap cepat nasi goreng yang sudah tersaji di meja makan. Sesekali mengikatkan tali sepatunya, kemudian makan lagi. Veyra tidak terlalu memperhatikan kebersihan.

Veyra tampaknya terlalu berkonsentrasi pada makanannya sehingga tidak menyadari kedatangan seseorang yang saat ini berdiri diambang pintu rumahnya.

"Veyra, sayang"

Veyra mematung. Suara itu, suara sutra yang sudah lama tak pernah ia dengar. Tangan Veyra bergetar seketika, dadanya bergemuruh, Veyra bahkan tak mampu menoleh.

"Vey ma-"

"Berhenti" Ucap Veyra dingin, namun ia tak bisa membohongi gemuruh di dadanya.

"Vey"

"Berhenti saya bilang!"

Kini Veyra sudah berdiri dihadapan wanita itu. Menatap manik mata yang selama ini ia inginkan. Tapi tidak, Veyra tidak boleh terpengaruh oleh tatapan wanita itu yang terlihat, menyesal? Oh, mana mungkin wanita itu bisa menyesal. Bahkan Veyra tidak yakin perempuan itu memiliki hati.

"Veyra, mama-"

"Anda bukan mama saya!" Teriak Veyra. Terserah jika ada yang menganggap Veyra tidak sopan atau apalah itu, Veyra tidak peduli. Rasa kecewanya jauh lebih besar dari apapun.

"Vey"

"Stop! Saya nggak mau denger anda ngomong apa apa lagi!"

Veyra menutup telinganya erat, berlari keluar rumah tanpa memperdulikan wanita yang menyebut dirinya sebagai mama Veyra itu. Buru buru Veyra melambaikan tangannya saat ia melihat sebuah taxi akan melintasi rumahnya, kemudian masuk begitu saja.

Veyra memejamkan matanya erat. Ia tidak boleh menangis, ia gadis yang kuat.

Ciitt.

Veyra hampir saja terjungkal saat taxi yang ditumpanginya tiba tiba berhenti, "Kenapa pak?" Tanyanya dengan suara sumbang, bahkan Veyra tidak peduli jika sedari tadi sopir itu kebingungan melihat Veyra menangis disana.

"Nyrempet orang mbak"

"Hah?!" Veyra langsung bergerak turun, berniat melihat keadaan korban yang tak sengaja tersrempet itu.

Benar.
Tak jauh dibelakang mobil itu, tampak seorang perempuan yang terduduk di pinggir jalan.

"Permisi, mbak nggak papa? Maaf tadi taxi yang saya tumpangi-"

ARGA✔[Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang