Dua Puluh Tujuh

3.8K 156 0
                                    

Setelah kamu datang,
Hidup ini mendadak terang.

🐰🐰🐰

Pembagian raport.

Saat dimana semua akan menunggu dengan harap harap cemasnya masing masing.

Seperti Veyra, gadis itu kini tengah duduk menunggu Arga yang masih  melihat melihat peringkat di papan pengumuman, Veyra sedikit mengantuk karna semalam adalah acara wisuda abangnya, Rafa. Dan Veyra hadir hingga larut malam.

Veyra tahu Arga tak ingin ia kecewa jika melihat nilainya jauh dibawah rata rata, tapi Veyra mencoba bersikap seakan ia tidak tahu apa apa tentang perjanjian Arga dengan Alfa, abangnya.

"Halu nyonya Devano Raharja"

Veyra menoleh kearah Ano yang sedang berjalan kearahnya bersama Danis.

"Arga mana?" Tanya Veyra heran, pasalnya tadi Arga pergi bersama mereka.

"Lagi ke kantin, aus katanya" Jawab Ano sambil memposisikan dirinya duduk disamping Veyra.

"Gimana nilai kalian?" Tanya Veyra penasaran.

"Kita kita sih tetep aje dibawah" Jawab Ano enteng, membuat Veyra terkekeh mendengarnya. Mungkin sebelum sebelumnya Veyra akan bersikap cuek bebek saat pengambilan raport. Tapi kali ini Veyra benar benar berharap nilainya bagus.

"Lo aja"

Ano mendelik mendengar apa yang Danis ucapkan, pasalnya Danis tidaklah benar benar pintar meski rankingnya selalu lebih unggul dibanding dirinya.

"Pulang"

Veyra mengernyit memandang Arga yang tiba tiba muncul di hadapannya.

"Kemana?"

"Pulang Vey" Jawab Arga sedikit menekan kata katanya.

"Ya tap-" Ucapan Veyra terpotong saat menyadari Arga sudah menghilang dari hadapannya.

Buru buru Veyra menyusul Arga ke parkiran, ia tahu laki laki itu sedang dalam keadaan yang tidak baik saat ini. Dan Veyra lebih memilih untuk mengalah dahulu saat ini.

Serba salah.

Mungkin itu yang bisa menggambarkan perasaan Veyra saat ini. Ingin mengajak Arga bicara, takut Arga terganggu. Ingin mendiamkan Arga saja, takut Arga merasa tidak di perdulikan. Tuhan, Veyra harus apa?. Sungguh, saat ini Arga terlihat lebih dingin dari apapun. Dan Veyra yang hanya duduk disampingnya, mungkin terlihat seperti seorang pembantu yang takut kepada tuannya.

Tunggu. Jangan ingatkan soal ini kepada Arga, Veyra rasa Arga sudah lupa dengan perjanjiannya dengan Veyra. Ah, cinta benar benar membutakan.

Tunggu lagi. Cinta?. Veyra benar benar sedang mengigau.

🐰🐰🐰

Lagi lagi Alfa menghela napasnya, bingung melihat Veyra yang hanya murung di meja makan tanpa menyentuh makanannya sedikitpun.

"Vey, makan" Ucapnya pelan, namun lagi lagi Veyra hanya mengangguk pelan tanpa melaksanakannya.

Mendadak, Alfa mengingat kejadian di kantornya siang tadi.

ARGA✔[Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang