Tiga Puluh

3.5K 139 2
                                    

terlambat.
Kamu mengakui cinta
saat pemiliknya telah tiada

🐰🐰🐰

"Arga cuma bercanda kok"

Rena menghembuskan napasnya kasar. Empat kata yang sejak tadi selalu di ucapkan Veyra. Rambut acak acakan, mata bengkak dan hidung merah. Rena tak tahu lagi bagaimana ia harus mendefinisikan keadaan sahabatnya ini.

"Vey udah! Jangan bodoh"

Veyra menggeleng, "Arga sayang sama gue"

"Dia hianatin elo Vey"

"Arga cuma bercanda kok"

"Vey!" Bentak Rena, ia benar benar tidak bisa melihat Veyra seperti ini, "Udah, cukup" Ucapnya memelan. Ditariknya Veyra ke pelukannya, mengusap punggung Veyra yang mulai bergetar.

"Arga jahat Ren! Dia bohongin gue!"

Rena semakin mengeratkan pelukannya, menahan tubuh Veyra yang mulai memberontak. Menangis.

"Gue benci Arga! Gue, gue bodoh Ren! Gue bodoh"

Rena menggeleng, "Arga yang bodoh! Dia bakal nyesel Vey, lo inget gue. Arga bakal nyesel" Ucap Rena menenangkan, membuat Veyra mengangguk pelan, "Lo masih punya abang abang lo yang sayang sama lo, nggak perlu mikirin cowok brengsek kayak dia"

Veyra menegakkan tubuhnya. Benar! Ia masih memiliki Alfa dan Rafa yang selalu menyayanginya, juga papanya. Tidak perlu membuang tenaga dan air matanya untuk laki laki brengsek itu. Tidak perlu.

"Gue mau ketemu bang Alfa"

Rena tersenyum lega, Veyra sudah kembali, "Iya, gue panggilin sekalian pamit. Jangan nangis lagi, lo jelek kalo nangis" Ucapnya kemudian.

"Berarti kalo nggak nangis cantik dong"

"Buat hari ini aja, iya"

Veyra terkekeh, benar benar beruntung ia bisa memiliki sahabat sebaik Rena.

"Vey"

"Bang Alfa" Veyra merentangkan tangannya lebar lebar, yang langsung dibalas pelukan hangat oleh Alfa.

"Masih kepikiran?" Tanya Alfa lembut, Veyra pun hanya membalasnya dengan anggukan kecil karna memang begitu adanya.

"Abang sebenernya pengen hajar dia"

"Jangan!" Cegah Veyra, ia benar benar tak ingin Arga kenapa kenapa. Veyra masih menyayanginya.

Alfa tersenyum. Mengusap pelan rambut adik kesayangannya, "Tapi nggak jadi, karna abang tau kamu nggak bakal bolehin" Ucapnya.

Veyra tersenyum, abangnya ini memang selalu bijak menghadapi masalah. Membuat Veyra benar benar merasa aman saat didekat Alfa.

"Jangan sedih lagi Vey, abang khawatir"

"Maaf bang" Ujar Veyra tulus. Ia benar benar merasa bersalah, menangisi orang lain dan membuat abangnya sendiri menjadi khawatir.

"Iya, mau abang masakin?"

"Nasi goreng?"

"Siap tuan putri"

ARGA✔[Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang