Empat Puluh Dua

6.1K 194 89
                                    

Mulai detik ini,
apapun yang bisa mengembalikan
semuanya menjadi prioritasku
setelah kamu

🐰🐰🐰

Setiap orang akan mendapat balasan atas apa yang ia lakukan. Hukum alam.

Pagi ini masih sama seperti pagi pagi sebelumnya selama dua bulan belakangan ini. Setelah kejadian itu, kejadian dimana Rena memintanya untuk memikirkan semuanya, dan berakhir Veyra memilih menjauh dari hidup Arga. Seperti ada yang hilang di hidup Veyra saat ia memilih menjauh dari apapun yang berhubungan dengan Arga. Beberapa kali Arga mencoba mengajaknya bicara, namun Veyra tidak pernah menanggapinya. Katakan Veyra egois, namun ia takut proses move on nya itu gagal total jika ia berbicara panjang lebar dengan Arga.

Sebenarnya Veyra merasa dirinyalah yang membuat semuanya menjadi rumit. Bisa saja Veyra memaafkan Arga, ralat! Veyra sudah memaafkan Arga dari dulu. Bisa saja Veyra memilih untuk mengembalikan semuanya seperti dulu, namun ada sebuah tempat di hatinya yang menolak itu semua. Mengingat rasa sakit yang sudah ia terima karena Arga, Veyra benar benar berada di pilihan yang sulit.

Gadis itu melangkah santai di tengah koridor yang mulai di penuhi oleh siswa siswi Victory High School, namun pikirannya berkelana kemana mana.

Nevan? Entahlah, laki laki itu sudah tidak pernah muncul sebulan belakangan ini. Veyra memakluminya, Nevan juga punya kegiatan sendiri. Lagipula ujian sudah mulai berdatangan, pasti Nevan sedang berjuang untuk masa depannya saat ini.

"Tumben dateng siangan"

Veyra hanya tersenyum simpul menanggapi ucapan Danis, "Ujian lagi, ujian lagi" Desahnya pelan, mengingat lusa adalah jadwal ujiannya.

"Namanya juga kelas dua belas"

"Gue pengen langsung UN aja rasanya"

"Udah siap emangnya, ini kan juga buat latihan"

Veyra mengerucutkan bibirnya, Danis benar. Memangnya dirinya siap?. Veyra menghembuskan napasnya sambil memainkan penanya, bosan. Rena juga sedang asyik sendiri dengan Vano. Ingin mengajak Danis membolos, tidak mungkin. Gean? Anak anak ipa selalu terkenal dengan kepatuhannya terhadap tata krama sekolah.

Veyra menghentikan aktivitas membacanya saat tiba tiba pena di tangannya terjatuh ke lantai. Dengan gerakan pelan Veyra membungkuk untuk mengambil pena tersebut, namun belum sempat Veyra mengambilnya, sebuah tangan mendahuluinya.

"Belajar yang bener. Ini bikin fokus buyar"

Veyra mengerjapkan matanya berkali kali saat seseorang menunjuk nunjuknya dengan pena di tangannya, "Balikin" Ucapnya setelah tersadar dari lamunannya.

"Gue juga nggak bakal bawa pulang pulpen murahan lo ini" Ucapnya sambil meletakkan pena tersebut disamping buku tulis Veyra.

Veyra mendelik kesal, apa Arga baru saja menghinanya?. Veyra mencoba tidak memperhatikan Arga saat tiba tiba sebuah buku catatan mendarat diatas buku miliknya.

"Jangan belajar apapun selain yang ada di buku ini, percuma. Ujian bakal terus terusan dateng, lo nggak bakal sempet baca buku setebel itu"

"Gue nggak butuh"

Terdengar kekehan pelan dari samping mejanya, "Gengsi lo kegedean"

ARGA✔[Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang