04 : 광산 (Mine)

5K 568 59
                                    

[Warning!!!🔞]

"Oppa!"

Jisoo berlari menghampiri Seokjin dan langsung memeluk tubuh tinggi lelaki itu dengan erat, menyalurkan rasa rindu yang sudah lama ia pendam, menenggelamkan wajahnya pada dada bidang milik Seokjin dan menumpahkan semua air matanya yang sempat tertahan.

Seokjin tersenyum dan memeluk Jisoo tak kalah erat seraya mengecup puncak kepala kekasihnya dengan sayang. Ia mengusap kepala Jisoo untuk sedikit menenangkannya yang kini terisak di dalam dekapannya.

Seraya menenangkan Jisoo di dalam dekapannya, Seokjin menatap ke depan. Tepatnya pada Jaehwan yang menatapnya dengan tatapan yang tak dapat di artikan. Seokjin menunjukan smirk-nya pada Jaehwan seraya kembali mengecup puncak kepala Jisoo. Hal itu membuat Jaehwan membuang nafasnya dan mengalihkan pandangannya ke arah lain.

Seokjin menang dan akan selalu begitu. Tidak ada satu pun orang yang boleh mengambil alih hak miliknya. Jisoo miliknya dan akan selalu menjadi miliknya.

🍬🍬🍬

"Kenapa kau tiba-tiba datang tanpa mengabariku dulu?" tanya Jisoo ketika keduanya sudah sampai dikamar.

Seokjin terkekeh. "Aku ingin membuatmu terkejut."

Jisoo mendengus. "Kau berhasil. Aku sangat sangat terkejut sampai aku tak bisa menahan air mataku."

"Itu karena kau cengeng." ejek Seokjin seraya mencubit pipi sebelah kanan Jisoo, membuat gadis itu mengaduh dan langsung memukul lengan Seokjin.

"Kau tau, seharian aku cemas karena menunggu kabar darimu. Aku seperti kehilangan semangat. Teman-temanku sampai terus mengejekku." keluh Jisoo dengan bibir yang mengerucut.

"Itulah yang aku rasakan ketika menunggu kabarmu saat kau sedang sakit." balas Seokjin.

Jisoo menunduk. Mengingat hal itu, ia merasa bersalah juga pada Seokjin karena tidak memberinya kabar dan tidak membalas pesannya. "Mianhe."

Seokjin tersenyum seraya berjalan mendekati Jisoo dan duduk di sebelah kekasihnya. Ia mengusap puncak kepala Jisoo dengan penuh kasih sayang. "Lupakan, yang terpenting jangan di ulangi lagi."

"Aku pikir karena hal itu kau menjadi berbeda. Akhir-akhir ini waktu kita untuk bertelepon sangat singkat, aku takut kau berubah dan perlahan meninggalkanku." ucap Jisoo lirih, menatap Seokjin dengan tatapan sendu.

Seokjin mengusap rambut Jisoo seraya tersenyum. "Jangan takutkan hal itu. Aku tidak akan meninggalkanmu. Kau percaya padaku kan?"

Jisoo mengangguk, walau dalam hati ia masih merasa takut akan hal itu.

"Seokjin-ah, kenapa kau bisa tau aku ada di restoran itu?" tanya Jisoo.

Seokjin mengedikkan bahunya. "Mungkin instingku terlalu kuat."

"Aku serius, kau tau darimana?"

"Jungkook. Dia tak sengaja melihatmu bersama teman-temanmu di sebuah restoran saat dia pulang sekolah. Ketika dia sampai dirumah dan ternyata aku ada di ruang TV dia langsung memberitahuku." jelas Seokjin.

"Kenapa kau tidak langsung memberitahuku saja kalau kau ada dirumah? Aku kan bisa kesana dan memasak dengan eomma." ucap Jisoo.

Seokjin terkekeh. "Aku kan sudah bilang, aku ingin mengejutkanmu."

Jisoo mendengus. "Terserah."

"Tapi kau senang kan aku pulang?" tanya Seokjin seraya menaik turunkan alisnya, bermaksud menggoda Jisoo.

Long Distance RelationshipTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang