38 : 사과 (Apology)

3.7K 451 142
                                    

Setelah kejadian malam itu, Seokjin membuat aturan baru. Tidak ada yang boleh keluar dari kamar setelah jam 9 malam. Seokjin juga memberi peringatan keras jika ada yang melanggar peraturan barunya.

Tentunya tidak sedikit dari mereka yang tidak terima karena aturan baru yang Seokjin berikan. Mereka tidak bisa lagi menikmati udara sejuk desa di malam hari. Mereka juga tidak bisa melangsungkan kegiatan minum soju dan memanggang daging menjelang tengah malam.

Beberapa dari mereka sempat berbicara langsung pada Seokjin perihal peraturannya yang di buat mendadak. Alasan yang Seokjin berikan cukup sederhana. Katanya, mereka tidak boleh terlalu kelelahan dan mereka harus selalu tetap dalam keadaan baik selama kegiatan berlangsung.

Lalu, soal malam itu. Tidak ada satupun orang yang tahu kecuali Seokjin tentang kejadian dimana Jisoo yang hampir di lecehkan oleh salah satu teman sefakultasnya. Karena saat kejadian itu, orang-orang asik mengadakan pesta kecil di halaman belakang penginapan.

Dan untuk pria bernama Woonjae, dia memohon dan meminta maaf dengan penuh penyesalan pada Seokjin atas apa yang telah ia perbuat pada Jisoo. Woonjae mengakui kesalahannya dan mengatakan kalau dirinya saat itu benar-benar tidak sepenuhnya sadar karena dalam pengaruh alkohol.

Apapun alasannya yang di berikan, Seokjin tidak peduli dan masih sangat marah. Ia tidak terima Jisoo di perlakukan seperti itu sampai gadis itu ketakutan. Mungkin lebih tepatnya, Seokjin tidak terima Jisoo di sentuh oleh pria lain. Hal itu benar-benar menyakiti hatinya.

Saat dirinya beserta yang lain telah bersiap untuk berangkat untuk  melanjutkan kegiatan, Seokjin menyempatkan diri untuk melihat keadaan Jisoo di kamarnya. Sungguh, ia benar-benar khawatir dan tidak bisa tenang memikirkan keadaan Jisoo semalaman.

Menghela nafas, perlahan tangan Seokjin meraih kenop pintu dan memutarnya. Ia membuka pintu tersebut dan masuk ke dalam. Sebisa mungkin Seokjin berusaha untuk tidak mengusik Jisoo karena dilihatnya, gadis itu masih terbaring dengan posisi penyamping dan memunggunginya.

Walau begitu, sebenarnya Seokjin tahu bahwa Jisoo tidak benar-benar tertidur. Ia sempat melihat bahu Jisoo yang sedikit bergetar. Dirinya juga samar-samar mendengar suara isakan kecil.

Dan lagi-lagi hal itu menyakiti hatinya.

Tanpa melepas tatapannya pada Jisoo yang terbaring dengan posisi yang memunggunginya, Seokjin meletakan nampan yang berisi semangkuk sup beserta air putih di atas nakas. Ia sudah bisa menduga bahwa hari ini Jisoo tidak bisa mengikuti kegiatan. Lagi pula itu memang seharusnya, Jisoo perlu menenangkan diri.

Sementara itu, Jisoo masih terdiam dalam posisinya yang menyamping membelakangi Seokjin yang berdiri di sebelah ranjangnya. Keadaannya belum benar-benar baik. Ia masih terkejut dan takut karena seseorang hampir berbuat yang tidak-tidak padanya. Ditambah pertengkarannya dengan Seokjin setelah pria itu menyelamatkannya.

Yah, Seokjin memang  menyelamatkannya dan Jisoo harus berterima kasih pada mantan kekasihnya itu. Tetapi bentakan serta kata-kata yang Seokjin lontarkan padanya, membuat Jisoo semakin dalam keadaan tidak baik.

Ucapan Seokjin benar-benar menyakiti hatinya. Jisoo seakan seperti seorang gadis yang murahan.

Jisoo kembali terisak, namun dengan pelan. Matanya yang sembab sesekali masih mengeluarkan air mata, hidungnya sedikit merah serta kepalanya yang terasa berat dan pusing karena terjaga dan menangis semalaman.

Awalnya, ia tidak tahu siapa seseorang yang masuk ke dalam kamarnya. Dan lagi pula, Jisoo tidak peduli siapapun itu. Namun, pada akhirnya Jisoo tahu siapa seseorang yang masuk ke dalam kamarnya setelah orang itu bersuara.

"Maafkan aku."

Entahlah, hanya mendengar suaranya saja sudah berhasil membuat tetesan air matanya kembali jatuh membahasi pipinya. Hatinya kembali berdenyut nyeri ketika kembali mengingat setiap ucapan Seokjin semalam.

Long Distance RelationshipTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang