Dunia itu kejam dan tidak adil bagi Heejung. Tidak ada seorang pun yang berada di pihaknya, bahkan semestapun seakan tidak pernah berpihak kepadanya. Terkadang, ia berpikir kapan dirinya merasakan sebuah kebahagiaan yang seutuhnya? Kenapa dirinya seakan tidak pernah diijinkan untuk memiliki kebahagiaan?
Entahlah, sebelumnya dirinya tidak pernah menyukai seseorang se dalam ini. Mungkin lebih mendekati kata obsesi karena Heejung terlalu menginginkan Seokjin untuk menjadi miliknya, hanya untuk dirinya seutuhnya.
Terdengar berlebihan dan memuakan. Namun, tidak ada seorang pun yang tahu bahwa Seokjin berperan penting dan begitu berarti di dalam hidupnya. Pria itu mengubah kehidupnya yang kelabu menjadi penuh warna.
Saat itu, awal dirinya kuliah di Australia. Heejung tidak memiliki teman seorang pun. Selain karena semuanya asing, Heejung juga tidak percaya diri untuk memulai perkenalan lebih dulu. Ia kesepian, menjalani hari-harinya sendirian. Ingin memulai perkenalan dengan orang baru, namun dirinya memang payah karena tidak berani memulainya lebih dulu.
Bukan apa-apa. Heejung tidak mau orang yang di ajak berkenalan itu memandangnya remeh. Terlebih dirinya merupakan orang asing dari negara lain. Dan selain itu, Heejung pernah mengalami hal yang tidak menyenangkan dengan orang-orang di saat masa-masa sekolah sehingga membuatnya ragu untuk memulai pertemanan.
"Hello."
Siang hari di taman universitas sebelum kelas di mulai, Heejung tengah fokus pada layar laptopnya. Dan seseorang yang tidak di kenal duduk di sampingnya dan menyapanya dengan ramah di sertai senyuman.
"Oh, ha-hai."
"Are you from Korea?"
Heejung terkejut dan kembali menoleh pada pria di sampingnya.
"How--"
"Hei, tidak usah pakai bahasa asing. Aku juga berasal dari sana." ucapnya seraya terkekeh.
Heejung tersenyum tipis. "Tapi, bagaimana kau tahu? Dan sejujurnya, aku baru melihatmu."
"Entahlah, aku hanya menebak dan ternyata terbakanku benar." pria itu tertawa kecil dan tawa pria itu menular padanya.
Heejung juga tidak kuasa menahan senyumannya karena ini pertama kalinya seseorang mengajaknya bicara lebih dulu.
"Aku Kim Seokjin." pria itu memperkenalkan diri.
"A-aku Park Heejung." balasnya sedikit terbata karena baru kali ini seseorang mengajaknya berkenalan.
"Senang mengenalmu. Aku harap kita bisa berteman baik, mengingat kita berdua berasal dari negara yang sama," ujarnya tulus. "Ah iya, kau berasal dari mana? Aku dari Seoul."
"Aku dari Gwangju."
Seokjin mengangguk-anggukan kepalnya. "Salah satu temanku tinggal disana."
"Begitu ya?"
"Hm, namanya Park Heejung."
Mendengar itu, Heejung mengerutkan keningnya, lalu tertawa kecil karena candaan Seokjin yang sebenarnya tidak terlalu lucu untuk di tertawakan.
"Apa yang kau bicarakan?"
Seokjin terkekeh geli. "Memang benarkan? Kau bilang kau dari Gwangju dan kau adalah temanku."
Heejung tidak bisa menghentikan senyumannya. Orang ini benar-benar menyenangkan, pikirnya.
"Memangnya, sejak kapan kita berteman?"
"Sejak..." Seokjin menggantungkan kalimatnya, menggerakan sepuluh jarinya untuk menghitung waktu. "Empat menit tujuh belas detik yang lalu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Long Distance Relationship
Fanfiction[COMPLETED] Kim Seokjin harus melanjutkan pendidikannya ke Australia dan terpaksa harus meninggalkan kekasihnya, Kim Jisoo. Awalnya, Jisoo ragu untuk menjalani hubungan jarak jauh dengan Seokjin, ia tidak yakin jika dirinya mampu menjalani hubungan...