23 : 슬픈 이야기 (Sad Story)

3.3K 363 37
                                    

Semalam editornya meneleponnya dan mengatakan perihal yang tidak sempat di bicarakan kemarin. Awalnya Jisoo merasa cemas karena masih takut mendengar apa yang akan di sampaikan editor naskahnya padanya. Namun setelah semuanya di jelaskan dengan singkat dan jelas melalui telepon, Jisoo akhirnya bernafas lega dan dapat tidur dengan nyenyak semalam.

Bahkan ia lebih dari sekedar bahagia karena editor dan perusahaan penerbitan itu menghubunginya bukan untuk memutuskan kontrak. Tetapi menawarkannya untuk mengikuti sebuah project baru untuk beberapa bulan lagi. Dirinya diminta untuk menulis kembali dan tulisannya akan dijadikan sebuah drama pendek.

Walaupun hanya drama yang berdurasi singkat dan memiliki episode pendek, itu sudah menjadi sebuah kemajuan untuk dirinya sebagai penulis novel. Tulisannya tidak hanya dibaca, tapi di tampilkan dalam bentuk visual di sebuah drama dan di tonton banyak orang.

Karena saking bahagianya, semalam Jisoo langsung memberi tahu Seokjin secepatnya. Membagi rasa bahagianya pada kekasihnya itu. Dan tentu saja sebagai pacar yang baik, Seokjin dengan sepenuh hati memberikan semangat serta dukungan penuh.

Seokjin akan selalu mendukung apapun yang membuat Jisoo bahagia.

Pagi ini senyum Jisoo tampak cerah. Wajahnya seakan bersinar ketika tersenyum. Ia memakan sarapan buatan Ibunya dan Jihyun dengan semangat. Walaupun masakan Jihyun sedikit hambar, tetapi Jisoo menikmatinya dengan senang hati. Hal itu juga bertujuan untuk membuat kakak perempuannya itu lebih semangat lagi untuk belajar memasak.

Setelah menyelesaikan sarapannya, Jisoo bersiap untuk berangkat ke kantor penerbitnya untuk menandatangi kontraknya. Namun senyuman cerah serta raut wajah bersemangat itu pudar begitu saja dan digantikan dengan tatapan terkejut ketika dirinya baru saja membuka pintu utama rumahnya.

Tampaknya lelaki itu juga sama terkejutnya karena ia hendak memencet bel rumah Jisoo, namun tidak sempat karena Jisoo sudah lebih dulu membuka pintunya dalam waktu yang bersamaan.

"Ke-kenapa kau ada disini?" tanya Jisoo.

Jimin berdeham. "Aku--"

"Dari mana kau tahu alamat rumahku?" tanya Jisoo yang memotong ucapan Jimin.

Tidak seharusnya Jimin tahu alamat rumahnya yang baru setelah dirinya dan keluarganya pindah sekitar satu tahun yang lalu. Kemarin malam, Jimin hanya mengantar Jisoo ke rumah Hoseok, bukan kerumah yang sebenarnya. Tapi, kenapa Jimin bisa tahu?

Jimin tersenyum kecut. "Sebegitu benci kah kau padaku sampai kau tidak ingin aku mengantarmu ke rumahmu yang sebenarnya tadi malam?"

"Bahkan tadi aku sempat kerumah Hoseok hyung yang aku kira itu adalah rumahmu." tambah Jimin.

"Memangnya ada hal penting apa  sampai kau datang kerumahku?" tanya Jisoo dingin.

Jimin terkekeh. "Wah, rupanya sekarang berbeda. Untuk bertemu denganmu saja aku harus memiliki sebuah alasan penting."

"Ten--"

"Memangnya aku tidak boleh bertemu dengan mantan kekasihku yang selalu menghindar dariku ini?"

"Jimin-ssi, aku mohon padamu jangan ganggu hidupku mulai sekarang." ucap Jisoo.

"Aku tidak bermaksud menganggu hidupmu. Aku hanya ingin kembali dekat denganmu," balas Jimin. "Tentunya sebagai teman."

"Park Jimin?" serentak Jisoo dan Jimin menoleh ke arah sumber suara. Itu adalah Jihyun yang berdiri tak jauh di belakang Jisoo seraya membawa sekantung plastik sampah.

Jimin tersenyum lebar ketika melihat sosok Jihyun di belakang Jisoo. "Noona! Senang kembali bertemu denganmu."

"Wah, kau benar-benar Park Jimin rupanya," Jihyun berjalan mendekat dan masih tidak percaya dengan seseorang yang sudah lama tidak ia lihat. "Kemana saja kau ini? Bagaimana kabarmu?"

Long Distance RelationshipTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang