14 : 화난 (Upset)

3.1K 409 24
                                    

Seokjin keluar dari kamarnya dengan langkah cepat seraya kembali mencari kontak Jisoo dan menghubunginya, berharap kekasihnya itu segera menjawab teleponnya. Ia juga berharap Jisoo tidak berprasangka buruk padanya karena yang menjawab teleponnya adalah seorang perempuan. Seokjin khawatir jika Jisoo berasumsi negatif padanya.

Ia menggeram kesal ketika panggilannya tidak di jawab oleh Jisoo. Jika sudah begini, Jisoo pasti beranggapan buruk padanya dan mengira dirinya berbuat sesuatu yang tidak diinginkan dan sebenarnya tidak dilakukan olehnya.

Seokjin kembali menghubungi nomor Jisoo, berharap gadis itu menjawab panggilannya. Jujur saja dirinya merasa tidak tenang saat ini. Terlebih permasalah beberapa hari yang lalu saja belum selesai, membuat dirinya sempat kehilangan fokus karena terlalu memikirkannya.

Pria itu menjauhkan ponselnya dari telinga dan beralih mengetik banyak pesan pada Jisoo. Meski dirinya sendiri tidak yakin kalau Jisoo akan membalas pesannya. Setidaknya Jisoo membaca pesannya dan mungkin perlahan akan mau mendengarkan penjelasannya.

Menghela nafas berat, Seokjin memejamkan matanya sekilas. Lalu ia kembali berjalan menuju kamar villanya dengan cepat. Pagi ini ia harus berisap untuk kembali ke asramanya setelah kegiatan.

Tibanya di kamar Seokjin mendapati Heejung dan Namjoon yang rupanya masih berada di kamarnya. Seokjin menatap tajam ke arah Heejung dan berjalan mendekatinya, membuat Heejung sedikit mundur beberapa langkah dengan tatapan takut.

"Apa yang kau katakan pada Jisoo?" tanya Seokjin tenang, namun tetap saja Heejung merasa takut mendengar nada bicara Seokjin.

Heejung tidak menjawab, ia hanya mengalihkan pandangannya ke arah lain karena takut menatap Seokjin yang terus menatapnya dengan tatapan tajamnya.

"Park Heejung, jawab!" ucap Seokjin dengan suara keras dengan sedikit bentakan. "Apa yang kau katakan pada pacarku sehingga dia tidak mau menjawab teleponku?!"

Heejung sempat memejamkan matanya ketika Seokjin berbicara keras padanya. Perempuan itu sungguh terkejut, pasalnya Seokjin belum pernah semarah ini padanya. Ia juga belum pernah mendapat bentakan walau sedikit dari Seokjin karena Seokjin akan selalu memaafkan kesalahannya dan hanya kesal beberapa saat.

"A-aku tidak bicara macam-macam. Sungguh, aku hanya bilang--"

"Argh! Sudah, keluar. Aku muak padamu." ucap Seokjin.

Heejung sontak memeluk Seokjin seraya menangis. "Aku mohon, maafkan aku. Aku tidak bermaksud apapun, sungguh."

Seokjin melepas paksa Heejung yang memeluknya dan sedikit mendorongnya sehingga Heejung terhuyung ke belakang dan hampir saja terjatuh. Baru kali ini Seokjin kasar, terlebih pada wanita. Hal itu membuat Namjoon yang sedari tadi hanya diam, terkejut dengan perlakuan Seokjin yang mendadak kasar.

"Kim Seokjin, kendalikan dirimu." ucap Namjoon yang meraih bahu Heejung, bermaksud untuk sedikit menenangkannya. "Aku tau kau kesal, tetapi kau jangan melampiaskan kemarahanmu dengan sikap seperti ini."

"Ya, kau tidak tau bagaimana rasanya menjadi diriku. Kau tidak akan mengerti bagaimana rasanya berhubungan dengan pacarmu dengan jarak yang sangat jauh. Sedikitpun kau tidak akan pernah mengerti bagaimana rasanya mengalmi seperti apa yang aku alami." ucap Seokjin dengan penuturan yang cepat.

"Kau tidak tahu bagaimana aku yang menjalani hari-hari dengan perasaan tidak tenang. Kau tidak akan mengerti bagaimana kekhawatiranku, kecemasanku dan ketakutanku menghadapinya."

"Semua menganggap aku terlalu berlebilan. Persetan dengan mereka yang berucap seperti itu. Mereka tidak tahu apa yang aku alami dan aku rasakan!"

Namjoon menghela nafas. Kata-kata Seokjin membuatnya bungkam dan enggan membalasnya lagi. Jika sudah seperti ini, harus ada yang mengalah salah satunya. Dan untungnya Kim Namjoon di ciptakan dengan kesabaran yang cukup tinggi.

Long Distance RelationshipTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang