Di ujung malam yang semakin dingin, Jisoo masih terjaga dan bergelut dengan pikirannya. Matanya menatap lurus pada langit-langit kamarnya, sesekali gadis itu berguling kesana-kemari seakan mencari posisi senyaman mungkin. Namun yang ia dapatkan hanyalah kegelisahan yang semakin menyerang setiap detiknya.
"Kim Jisoo, aku akan menunggumu di Cheonggyecheon jam 8 malam. Jika kau datang, itu artinya kau memberiku kesempatan."
Jisoo memejamkan matanya sedikit erat seraya meremas guling yang ia peluk. Ucapan Seokjin kembali membayangi pikirannya, ucapan pria itu selalu terbayang menghantuinya sampai detik ini.
"Tapi jika kau tidak datang, aku benar-benar akan pergi dari hidupmu."
Sakit yang ia rasakan, dadanya seakan di hantam berkali-kali. Rasa sesak juga muncul di waktu yang bersamaan.
Aku benar-benar akan pergi dari hidupmu.
Benar-benar akan pergi dari hidupmu.
Pergi.
Satu kata yang membuat Jisoo bungkam dengan rasa sakit dan sesak yang ia rasakan dalam waktu yang bersamaan.
Kenapa harus kata pergi yang terucap?
Kenapa harus pergi jika dirinya dan Seokjin masih mampu bersama walau tidak terikat sebuah status hubungan?
Sejujurnya dirinya masih belum bisa kembali percaya pada Seokjin. Terlalu sulit untuk melakukannya. Rasa kecewanya masih membekas. Jisoo hanya tidak mau hal yang sama terjadi lagi, ia tidak mau kekecewaanya kembali terulang lagi. Dirinya benar-benar tidak siap untuk semua itu.
Namun di satu sisi, jauh di dalam hatinya yang terdalam, Jisoo tidak mau Seokjin pergi dari dalam hidupnya. Ia hanya ingin Seokjin tetap tinggal di hidupnya meski tidak terjalin status hubungan. Rasanya menyakitkan ketika membayangkan Seokjin benar-benar pergi, melupakannya dan menjalani kehidupan baru dengan orang lain.
Jisoo tidak mau hal itu terjadi.
Egois memang. Tapi Jisoo hanya membutuhkan sedikit waktu untuk benar-benar meyakinkan dirinya dan kembali menaruh seluruh kepercayaan pada Seokjin.
Jisoo hanya butuh waktu untuk mempertimbangkan kembali perasaannya.
🍬🍬🍬
Setelah makan siang di sebuah restoran yang dekat dengan kawasan rumahnya, Jisoo mendapat kabar yang tidak baik dari kedua teman baiknya. Dengan secepat yang ia bisa, Jisoo berangkat langsung menuju ke alamat rumah sakit yang di beri tahu lewat pesan singkat.
Gadis itu berjalan dengan rasa khawatir di sepanjang lorong rumah sakit yang di lewati oleh orang-orang yang berlalu lalang dari berbagai arah. Mencari seseorang yang telah menghubunginya seraya menangis kencang. Dari jarak beberapa meter, ia mendengar suara tangisan seseorang yang ia kenal. Hal itu membuat Jisoo mempercepat langkahnya dan memasuki ruangan tersebut.
Jisoo menatap Soyeon dengan tatapan prihatin. Ia belum pernah melihat temannya menangis sehebat ini, seperti orang yang benar-benar frustasi. Ia berjalan mendekat, tangannya menyentuh pundak Soyeon yang menangis seraya menenggelamkan kepalanya ke tepi ranjang.
Soyeon mengubah posisinya, menatap Jisoo dengan mata yang sembab dan sedikit merah karena menangis. Lalu gadis itu memeluk Jisoo yang masih berdiri. Melingkarkan tangannya pada pinggang Jisoo dan menenggelamkan kepalanya ke perut gadis itu seraya menumpahkan seluruh air matanya.
Jisoo menepuk pelan pundak Soyeon, bermaksud menguatkannya. Hatinya seperti tersayat, melihat temannya yang menangis sampai seluruh tubuhnya bergetar hebat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Long Distance Relationship
Fanfiction[COMPLETED] Kim Seokjin harus melanjutkan pendidikannya ke Australia dan terpaksa harus meninggalkan kekasihnya, Kim Jisoo. Awalnya, Jisoo ragu untuk menjalani hubungan jarak jauh dengan Seokjin, ia tidak yakin jika dirinya mampu menjalani hubungan...