07 : 그를 믿어 라 (Believe Him)

3.6K 487 51
                                    

Satu minggu setelah kembalinya Seokjin ke Australia, Jisoo masih merasakan ketakutan itu. Ia belum menanyakan perihal telepon dan sebuah pesan dari seorang perempuan pada Seokjin. Jisoo masih menyimpan ketakutannya sendiri. Hal itu membuat dirinya kerap menangis saat malam hari karena hati dan pikirannya di penuhi oleh ketakutan dan kegelisahan.

Namun ia merasa sedikit tenang karena Seokjin selalu mengabarinya setiap waktu, meneleponnya atau melakukan panggilan video saat malam hari seraya menemaninya mengerjakan beberapa tugas. Tetapi tetap saja rasa takut itu masih menghantuinya setiap saat.

Saat ini Jisoo sedang berjalan menuju ke rumah Soyeon untuk mengerjakan tugas kelompoknya. Sepanjang jalanpun ia hanya melamun dengan pikiran yang melayang entah kemana, sampai ia menabrak tubuh seseorang dan membuatnya tersadar seketika.

"Ma-maafkan aku." ucap Jisoo seraya membungkukkan badannya. Lalu ia menengadah dan seketika terkejut dengan seseorang yang sangat dikenalinya, berdiri di hadapannya.

"Kim Namjoon?"

🍬🍬🍬

Jisoo dan Namjoon kini duduk berhadapan di sebuah cafe yang dekat dengan tempat pertemuan mereka tadi. Sudah lama sekali mereka tidak berbincang, Namjoon adalah sahabat Seokjin yang cukup dekat dengannya. Jadi, Jisoo tidak merasa canggung dengan Namjoon. Yah, walaupun sekarang terasa sedikit canggung karena mungkin sudah lama tidak bertemu.

"Bagaimana kabarmu?" tanya Namjoon.

"Baik." jawab Jisoo.

"Kau baik-baik saja disini tanpa Seokjin?" tanya Namjoon seraya terkekeh. "Dulu kalian adalah pasangan yang tak terpisahkan, kemanapun kau pergi Seokjin pasti ada di sampingmu. Begitupun juga sebaliknya."

Jisoo terkekeh mengingat hal itu. Yah, itu memang benar. Dulu sebelum Seokjin melanjutkan pendidikannya ke Australia, mereka menjadi pasangan yang paling tak terpisahkan. Mereka terlihat selalu bersama kemanapun, seakan tak ada satu orang pun yang bisa memisahkan mereka.

"Kau membuatku mengingatnya lagi. Sudahlah jangan di bahas, itu membuatku merindukannya." ucap Jisoo.

Namjoon terkekeh. "Baiklah."

"Aku kira kau kesini bersama Seokjin." ucapnya.

"Tidak, aku kesini untuk urusan pribadi," jawabnya. "Bukannya Seokjin baru saja kesini seminggu yang lalu? Kau sudah merindukannya lagi rupanya."

Jisoo tersenyum. "Ya begitulah."

"Baiklah, aku mengerti."

"Kapan kau kembali lagi?" tanya Jisoo.

"Besok. Seharusnya sekarang juga, tapi aku mengundurnya karena sebuah alasan." jelas Namjoon.

Jisoo mengangguk paham. Sebenarnya ia ingin bertanya secara detail alasan kenapa Namjoon tiba-tiba ada di Korea. Tetapi hal itu ia urungkan karena tidak mau ikut campur. Lagi pula dari dulu Namjoon memang jarang menceritakan kehidupan pribadinya. Namjoon agak tertutup soal itu.

"Kau tau? Saat kau sakit, Seokjin sangat mencemaskanmu. Dia seperti orang yang tidak waras, berbicara sendiri dengan ponsel dan memarahinya ketika menunggu kabar darimu. Telingaku sampai sakit karena mendengar ocehannya semalaman." ucap Namjoon menceritakan semuanya.

Jisoo sedikit menunduk, ia menyesal karena waktu itu tidak sempat membuka ponsel untuk membalas pesan Seokjin dan memberinya kabar.

"Aku menyadari satu hal karena hal itu," ucap Namjoon. "Kim Seokjin, dia benar-benar mencintaimu."

Long Distance RelationshipTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang