"Aku mohon, tetaplah disini. Sebentar saja."
Mendengar kata itu dari mulut Seokjin yang kini terbaring seraya menatapnya, Jisoo seketika menelan ludahnya susah payah dengan degup jantung yang berdetak lebih cepat dari sebelumnya. Terlebih, genggaman tangan Seokjin yang semakin mengerat seakan tak mau melepaskannya sampai kapanpun.
"Jisoo-ya..."
Lagi-lagi, Jisoo menelan ludahnya susah payah seraya mengontrol degup jantungnya yang semakin menggila di dalam sana. Suara serak Seokjin, tatapan teduh yang tak lepas menatapnya serta genggaman tangan hangatnya yang membuat Jisoo lemah seketika.
Jisoo lemah, karena dirinya sangat merindukan semua itu.
Namun, Jisoo berusaha untuk tetap bertahan. Ia tidak mau pertahanannya yang telah ia bangun susah payah akan hancur hanya karena hal kecil seperti ini.
Dan, Jisoo juga tidak akan lupa untuk selalu terlihat tenang dan baik-baik saja. Terlebih di hadapan Seokjin. Ia harus terlihat bahwa dirinya cukup kuat untuk menjalani semuanya sendiri.
"Ada apa?" tanya Jisoo dengan tenang. Namun percayalah, jauh di dalam dirinya Jisoo ingin sekali berteriak.
Seokjin semakin mengeratkan genggamannya seakan menyalurkan semua kerinduan yang mendalam, kerindungan yang selama ini ia tahan di dalam dirinya.
"Mianhae," ucap Seokjin pada akhirnya dengan lirih. "Jeongmal mianhaeyo, Jisoo-ya."
Jisoo terdiam sejenak, sebelum akhirnya ia menghela nafas seraya memejamkan matanya sekilas. Rasanya matanya mulai memanas dan Jisoo berharap ia tidak mengeluarkan air matanya di hadapan Seokjin saat ini juga.
"Maafkan aku karena telah membuatmu kecewa."
Lagi, Jisoo menghela nafas. Mencoba menetralisir degup jantungnya yang berpacu semakin cepat. Ia juga berusaha untuk mengontrol dirinya agar tidak menangis. Jisoo memohon pada dirinya sendiri untuk tetap menjadi kuat kali ini saja.
"Kita tidak seharusnya membahas ini." ucap Jisoo yang hendak melepaskan tangannya dari genggaman tangan Seokjin. Namun, hal itu tidak berhasil karena Seokjin tidak membiarkannya terlepas begitu saja. Pria itu tetap mempertahankan genggamannya.
"Aku mohon, dengarkan aku. Kita tidak bisa berakhir dengan keadaan yang tidak baik seperti ini." ucap Seokjin dengan tatapan memohon.
Jisoo masih tetap berusaha menahan diri. Ia harus tetap pada pendiriannya untuk tetap menjaga pertahanannya.
"Sunbaenim, sebaiknya kau istirahat. Masih banyak kegiatan yang harus kita jalani selama beberapa hari kedepan dan kau harus tetap sehat."
Entahlah, seharusnya Seokjin merasa senang karena ucapan Jisoo seolah mengkhawatirkan kondisinya. Namun hal itu tidak ia rasakan saat Jisoo memanggilnya dengan sebutan yang berbeda. Terdengar seperti penghormatan pada senior dari pada rasa khawatir pada seseorang.
Genggaman tangan Seokjin mengendur. Ia kehilangan energinya seketika, menerima kenyataan bahwa Jisoo benar-benar telah pergi jauh dari dalam hidupnya.
Bersamaan dengan itu, pintu kamar terbuka, mendapati Yoongi yang hanya memunculkan kepalanya seolah melihat situasi.
Hal itu membuat Jisoo dengan cepat menarik tangannya dari genggaman Seokjin. Lalu, ia pamit pada kedua seniornya seraya membungkukan badan. Kemudian gadis itu benar-benar pergi meninggalkan ruangan berukuran kecil itu.
Yoongi berjalan mendekati Seokjin yang terbaring dengan ponsel yang berada di tangan kanannya.
Seokjin berdecak. "Ya, kau! Kenapa kau datang disaat yang tidak tepat, huh? Aku sedang membicarakan sesuatu yang serius dengannya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Long Distance Relationship
Fanfiction[COMPLETED] Kim Seokjin harus melanjutkan pendidikannya ke Australia dan terpaksa harus meninggalkan kekasihnya, Kim Jisoo. Awalnya, Jisoo ragu untuk menjalani hubungan jarak jauh dengan Seokjin, ia tidak yakin jika dirinya mampu menjalani hubungan...